Page 44 - Kumpulan CerPen-by Suci Harjono
P. 44

Kembang  Di Kaki Gunung Kemukus


               Sawitri menghirup kopi kentalnya untuk yang terakhir kali. Uap
        panas yang mengepul dari gelas tak dihiraukan lagi. Panasnya kopi tak
        sepadan dengan panasnya kehidupan yang dia jalani. Sawitri hanya ingin
        melupakan semua masalahnya, semua gundah gulana, semua kepedihan
        dan beban hidup yang selama bertahun-tahun mengelayuti pikirannya.
        Dengan setengah malas, Sawitri memesan  segelas kopi  lagi, tak
        dihiraukan muka masam Mbok Sri, pemilik warung kopi langganannya.
        Sawitri  maklum  dengan  muka tak ramah  Mbok  Sri,  sudah  beberapa
        puluh ribu dagangannya dihutang. Dengan modal yang tak terlalu besar,
        seribu rupiahpun sangat berharga bagi Mbok Sri.
               “Ini  sudah  gelas  ketiga  Wit,  kamu  terlalu  banyak  minum  kopi
        malam ini,” tegur Mbok Sri marah, tetapi tetap saja tak tega menolak
        permintaan  Sawitri.  Perempuan tua itu menatap  Sawitri  pelanggan
        setianya  dengan  berbagai  pertanyaan  dan  keprihatinan.  Sudah  lebih
        dari seminggu Sawitri belum ada pelanggan, dia hanya menghabiskan
        waktu semalaman di warungnya.  Otomatis Sawitri tak lagi mempunyai
        uang, bahkan hanya untuk sekedar membayar kopi-pun tak ada. Sejak
        seminggu yang lalu,  makan  dan  minum  terpaksa harus  bon.  Teman-
        teman  sawitri sudah  tak  sabar lagi hanya dengan menunggu,  sudah
        beberapa hari yang lalu mereka meninggalkan kaki bukit dan menuju
        kota. Menyongsong kepastian yang akan memperpanjang nafas hidup
        mereka.  Tetapi  Sawitri  tetap saja tak bergeming, menunggu dengan
        penuh pengharapan di sini.
               “Iya mbok. Saya harus menahan kantuk, menunggu tamu datang,”
        Sawitri mengeser  duduknya,  sudah  berjam-jam pantatnya lengket di
        kursi keras yang terbuat dari papan bekas bangunan, kini  terasa panas
        dan pegal.  Diliriknya jam tangan yang melingkar di tangan kanannya,
        jam pemberian dari salah seorang pelanggannya ketika beberapa  kali
        Sawitri melebih waktu yang telah disepakati bersama. Kamu pakai jam
        ini  agar tak molor  ketemu denganku, kata pelanggannya waktu itu.




        44                   Suatu Malam di Sebuah Jalan_ Suci Harjono_sucihan03@gmail.com
   39   40   41   42   43   44   45   46   47   48   49