Page 76 - Kumpulan CerPen-by Suci Harjono
P. 76
dan sederhana di kaki bukit ini. Tidak mungkin menjual rumah mereka
karena satu-satunya tempat mereka bernaung dari hujan dan panas.
**
Bau nasi tiwul dicampur beras khas memenuhi dapur. Asap
mengepul dari atas tungku. Bau sangit kayu bakar dan nasi tiwul membuat
perut keroncongan. Ikan asin, sambal tempe dan daun kemanggi
melengkapi menu sarapan pagi di dapur mereka yang sederhana.
Ayu dan Bagus makan dengan nikmat. Sesekali Ayu mendesis
kepedasan.
“Air..air….”
“Jangan kebanyakan, nduk. “ tegur ibu sambil memperhatikan
ketiga anaknya makan. Ibu makan dengan pelan-pelan.
“Kalau nggak pedas nggak nikmat, bu,” jawab Ayu sambil
manambahkan sambal tempe di piringnya.
“Nanti saya pulang terlambat, bu. Mau bikin PR dirumahnya
Ajeng,” Ayu minta ijin kepada ibu dan disambut dengan anggukan kepala.
Sekar membereskan sisa makan pagi mereka saat ibu sudah
duduk di kursi dapur setelah mengantarkan Ayu dan Bagus sampai di
teras rumah. Tangannya gemetar saat minum teh panas dari cangkir
tembikar.
“Ibu sakit?” tanya Sekar hati-hati. Wajah pucat ibunya tidak bisa
ditutupi. Sebaris kegelisahan tergambar jelas.
Ibu mengelengkan kepala,” Tidak. Ibu tidak apa-apa.”
Sekar duduk disebelah ibu. Tangannya memegang punggung
tangan ibu dengan lembut. “Kalau sakit, sebaiknya ibu istirahat di rumah
saja. Nanti siang setelah dari warung, Sekar akan mengantikan ibu di
bukit.”
Ibu memandang wajah Sekar dengan perasaan haru. Meskipun
Sekar baru berumur 13 tahun tetapi pikirannya sudah matang dan
76 Suatu Malam di Sebuah Jalan_ Suci Harjono_sucihan03@gmail.com

