Page 82 - Kumpulan CerPen-by Suci Harjono
P. 82
Jiwa dan raga Lintang terlihat rapuh, pertahanannya runtuh saat
tubuhnya melemas dan jatuh di pelukan Rama. Dengan kepanikan luar
biasa Rama memapah Lintang.
Tangan Rama memijit dan membalur tubuh Lintang dengan
minyak angin, berharap istrinya segera pulih. Bermacam doa dipanjatkan
dalam hati sambil terus memanggil nama Lintang dengan berurai air
mata. Penyesalan demi penyesalan menyertai setiap rentetan kisah
pengkhianatan dan ketidakjujurannya. Sungguh cobaan yang teramat
berat dalam pernikahan mereka. Lagi-lagi semua karena kelakuannya
sendiri. Melihat mata Lintang yang terbuka tetapi tidak bergerak dan
memberikan respon sama sekali membuat Rama semakin terpuruk
dalam kesedihan. Mungkinkah Lintang sanggup mema’afkan dirinya
kembali?
**
Lintang tersenyum melihat Rama dan Jawi sedang bermain.
Dengan tekun dan penuh antusias, Rama mendengarkan Jawi
memainkan semua boneka tangannya. Sesekali derai tawa terdengar
memenuhi kamar saat Rama terlibat dalam dialog yang dimainkan Jawi.
Itulah salah satu kelebihan Rama, pintar mengambil hati dan membuat
anak nyaman. Meskipun laki-laki tetapi Rama sangat telaten mengasuh
anak. Bahkan sejak Jawi bayi, tanpa canggung ayahnya memandikan
dan meninabobokkan. Masa-masa bahagia pernah mereka rasakan
bersama, sejak pacaran, memutuskan menikah, dan mempunyai Jawi.
Masa kelam-pun tak luput mereka lalui bersama. Rentetan peristiwa
yang meluluhlantakkan hati Lintang tidak membuat dirinya semakin
terpuruk dalam lara. Lintang bisa mengambil pembelajaran dan hikmah
dari semua cobaan yang menimpanya. Tidak ada gading yang tidak
retak, setiap manusia hanya makluk lemah yang penuh dengan khilaf
dan dosa. Keegoisan dan kesombongan diri terkadang harus mampu
ditekan demi kepentingan keluarga yang lebih besar. Lintang tidak akan
82 Suatu Malam di Sebuah Jalan_ Suci Harjono_sucihan03@gmail.com