Page 122 - Merawat NKRI Ala Kyai Muda.cdr
P. 122
Ahmad Irfan Al-Hafidz | Menguatkan Tradisi Manakib Lewat Saung Hija’iyah
main. Spontan para pemain langsung bermain bola tanpa merasa
ada yang kepanasa atau terbakar.
Jama’ah Maulid pun bersorak kagum dengan atraksi bola api
tersebut, dan memuji kehebatan Irfan al-Hafidz. Namun, sang
ibu masih kebingungan dengan adegan yang sedang disaksikan-
nya, sementara sang ayah hanya tersenyum haru. Setelah puas
melepas rindu dengan kedua orang tuanya, Irfan pamit kembali
ke pondoknya untuk melanjutkan menuntut ilmu.
Mengasuk Pesantren
Singkat cerita, setelah dirasa cukup menjadi santri K.H Raden
Mas Mustajab Kholil, Irfan kemudian mempersunting seorang
santri yang juga putri seorang kyai yang terkenal di Boyolali.
Irfan bukan hanya menjadi menantu di Ponpes Ki Ageng Grib-
ig pimpinan KH. Qulyubi Alwan, namun juga menjadi santri di
sana. Darinya, Irfan diajarkan sebuah ilmu yang saat mempe-
lajarinya dilarang dicatat dan harus dipahami dan dihafal. Ilmu
itu sejenis ilmu falak, dimana rujukannya adalah Abu Ma’tsar
al Falaqi, dan kitab lainnya. Irfan ditunjukkan sebuah praktek
cara menghitung hari dan nama orang, namun jika rumus cara
menghitung tersebut ditulis, maka sang kyai yang juga mertuan-
ya langsung memerintahkan untuk menghapusnya.
Dari sang mertua, Irfan belajar cara mengelola pondok pesant-
ren, menghadapi para tamu, belajar membesarkan majlis ta’lim.
Dari sini Irfan mulai dikenal orang banyak, karena selalu men-
dampingi sang mertua. Sampai lahirlah anak pertamanya yang
diberi nama Nabila di Boyolali. Setelah itu, ayah Irfan meminta
Irfan untuk kembali pulang dan mengabdikan diri di pesantren
yang telah dibangun oleh saudara tertuanya.
| 108