Page 74 - Merawat NKRI Ala Kyai Muda.cdr
P. 74
afwah mumtazah | “Nyai Gender” Pejuang Kesetaraan
Babakan. Dia terperanjat, altar pelaminan sudah tertata di depan
rumah orang tuanya. Afwah langsung membatin, “Ah, ternyata
aku dinikahkan dengan seseorang.”
Besoknya, Afwah langsung melaksanakan akad nikah dengan
seorang laki-laki, Muhammad Nawawi Umar, Pengasuh Pe-
santren Kempek. Saat itu, Afwah tak terpikir sedikit pun untuk
lari dan menolak perjodohan yang tiba-tiba tersebut. Baginya,
lari sama saja dengan menghancurkan persatuan keluarga besar.
Akhirnya, saat itu dia pun pasrah dan menjalani saja apa yang
sudah digariskan. Afwah menikah pada umur yang cukup dewa-
sa, 22 tahun pada 18 Januari 1994.
Siapa sangka, suaminya itulah yang selalu mendukung seti-
ap langkah yang diambil Afwah. Kang Em, membolehkannya
kembali ke Yogyakarta persis beberapa jam setelah akad sele-
sai. Di Yogyakarta, Afwah menyelesaikan ujian semester 5 baru
kemudian balik lagi ke Cirebon. Resepsi pernikahan sendiri baru
digelar bulan Mei pada tahun itu.
]Suaminya pula yang mendukung penuh saat Afwah pindah
kuliah ke jurusan Tarbiyah IAIN Sunan Gunung Jati di Cirebon.
Meski saat berangkat kuliah ke IAIN Cirebon, Afwah banyak
menerima sindiran dari orang-orang di lingkungannya di Kem-
pek. Sindiran itu tidak jauh dari anggapan bahwa perempuan
tak pantas jika sekolah tinggi-tinggi hingga perguruan ting-
gi. Sindiran itu tak mempan.Tapi sindiran itu berubah menjadi
bisikan yang masuk ke telinga ibunya.
“Ibu saya juga diomong kenapa sih kuliah-kuliah. Ibu saya akh-
irnya ngomong ke saya tidak usah kuliah, banyak orang-orang
pada ngomong katanya. Saya jawab kepada ibu bahwa saya ti-
dak bisa berhenti kuliah. Saya sudah semester 6,” kata Afwah.
| 60