Page 23 - Filsafat Ilmu dan Rekonstruksi Teori - Syarifuddin
P. 23
anak. Untuk menjelaskan apakah baik, benar, buruk, dan jahat bukanlah sesuatu
yang mudah, apalagi baik dan benar, indah dan bernilai dalam arti mendalam untuk
membina kepribadian yang Ideal merupakan tugas utama dari pendidikan. Edwar
(1967) dalam encyclopedia of philosophy menyebutkan aksiologi dengan value and
valuation. Ada tiga bentuk nilai yaitu (1) nilai digunakan sebagai kata benda abstrak,
(2) nilai sebagai kata benda konkrit, dan (3) nilai digunakan sebagai kata kerja dalam
ekspresi menilai.
B. Filsafat dan Ilmu Pengetahuan
Filsafat dan karakteristiknya seperti telah dibahas diatas menjadikan dirinya
berbeda dengan ilmu pengeetahuan, kendatipun keduanya adalah dua tata cara
manusia untuk memperoleh kebenaran. Bahan filsafat tidaklah seperti bahan-bahan
yang ada pada ilmu pengetahuan. Bahan pada filsafat bersifat universal, sedangkan
ilmu terbatas hanya pada bidang-bidang tertentu, sifatnya parsial. Filsafat diarahkan
pada keseluruhan capaian hakikat-hakikat dalam keseluruhan kemungkinan yang
menunjuk pada sesuatu yang menjadi fokus kajian, sedangkan ilmu pengetahuan
lebih tertuju hanya pada lingkup objeknya. Dengan kondisinya yang demikian
menjadikkan sifat dan corak kebenaran filsafat dan ilmu pengetahuan pun akan
berbeda. Hal lain yang membedakan dunia filsafat dan ilmu pengetahuan adalah
dalam hal aktiviasnya. Filsafat memulai kerjanya dengan langkah yang tidak
memberikan kepemihakan. Seorang filsuf mestilah tidak menerima sesuatu apa pun
sebagai suatu kebenaran sebelum ia mencari dan menemukan kebenaran itu.
Seorang filsuf mestilah membebaskan diri dari berbagai penerimaan pendirian
tertentu sebagai suatu yang benar.
Sebagai contoh dapat dikategorikan disini, bahwa seoang arkeologi umpanya
tidak akan khawatir pada sifat-sifat teknis yang terdapat pada alat-alat yang
dibutuhkan untuk menggali ragam informasi. Yang dipertimbangkan disini semata-
mata tingkat efektivitas dan efisiensinya saja. Kecuali karena memang makna filsafat
itu menyangkut keseluruhan realitas dalam konteksnya yang hakikat, maka tentulah
dalam banyak hal, entitasnya jelas berbeda sama sekali dengan dunia pengalaman
dan pendirian sederhana yang ditemukan melalui upaya kegiatan keilmuan. Jika
dilihat pula dari model pembangunan nilai kebenaran berbeda dengan filsafat,
pengetahuan lebih mengarahkan upaya pencariannya pada hal-hal yang terukur dan
terferifikasi secara empiris. Ada hubungan yang tidak dapat dilupakan antara
wilayah teoritis dan praktik. Sedemikian rupa keyakinan pengetahuan tidak akan
ditemukan jika ada yang dipikirkan oleh seorang ilmuan tidak berbeda secara
12

