Page 153 - Maluku dan Luwu CMYK.indd
P. 153

ASPEK-ASPEK PERKEMBANGAN PERADABAN ISLAM DI KAWASAN INDONESIA TIMUR: MALUKU DAN LUWU



               salah satu pusat syiar Islam. Hubungan dengan Jawa mulai dibangun oleh Jamilu
               dan keturunannya  yang  dikenal sebagai  keluarga  Perdana Nusatapi. Dalam
               Hikayat Tanah  Hitu beberapa  kali  disebutkan  mengenai  pelayaran  Jamilu  dan
               keluarganya ke Jepara untuk berdagang sambil belajar tentang Islam.

                   Berkat hubungannya dengan luar daerah Maluku, Hitu berkembang menjadi
               bandar  “acuan” bagi  bandar yang lain di Maluku Tengah.  Bandar lain seperti

               bandar  di  Seram  Timur  dan  Kepulauan  Seram  Laut,  dan  Gorong mengacu
               kepada Hitu. Ketiga bandar kecil itu berfungsi sebagai bandar feeder atau bandar
               pengumpan tempat asal barang komoditi dikapalkan. Kenyataannya memang
               demikian  hingga Ambon  menjadi bandar  utama  yang  “dilahirkan” oleh VOC.
               Seram Laut dan Gorong juga mempunyai hubungan dengan Kepulauan Kei-Aru
               dan Tanimbar. Oleh karena itulah secara tidak langsung Kei-Aru dan Tanimbar
               mengacu juga kepada Hitu.

                   Bandar-bandar  di Maluku  telah lama  membentuk  jaringan pelayaran  dan
               perdagangan  dengan  Jawa.  Disebutkan  bahwa  hubungan  Ternate  dan Hitu

               dengan  Jawa  sangat erat sehingga dapat  dikatakan  Islam diperkenalkan di
               Maluku  melalui  Jawa. Hal  itu dicirikan oleh seorang raja dari Maluku  yang
               memeluk Islam yaitu Zainal Abidin yang memerintah pada 1486–1500. Raja ini
               pernah belajar di Giri, Jawa Timur. Ia dijuluki Raja Balawa berarti “Raja Cengkih”
               karena sering membawa cengkih dari Maluku sebagai barang dagangan sekaligus
               persembahan  (curiocities).  Sejak  saat itulah,  Maluku diduga  sudah memeluk
               agama Islam secara resmi meski hanya di kalangan terbatas yaitu elite keraton.
               Tidak mustahil jika jauh sebelumnya sudah tumbuh komunitas yang beragama
               Islam karena intensitas hubungan pelayaran dan perdagangan dengan kerajaan

               yang lain di sebelah barat Nusantara sudah berlangsung lama.

                   Ketika  Hitu sudah  meredup dan  Ambon di  bawah VOC  dapat  menguasai
               jaringan perdagangan dan pelayaran di Maluku Tengah, ada beberapa daerah
               yang pada waktu Hitu berjaya kurang diperhatikan karena dari sisi perdagangan
               dipandang  kurang menguntungkan.  Daerah-daerah  tersebut  adalah  Haruku,
               Saparua, Nusalaut, dan Seram Barat. Oleh VOC, daerah-daerah itu mendapat
               perhatian dan berfungsi sebagai semacam bandar feeder bagi Ambon.

                   Meskipun VOC  berhasil “meredupkan”  bandar  Hitu sebagai  pusat bandar,




                                              137
   148   149   150   151   152   153   154   155   156   157   158