Page 157 - Maluku dan Luwu CMYK.indd
P. 157
ASPEK-ASPEK PERKEMBANGAN PERADABAN ISLAM DI KAWASAN INDONESIA TIMUR: MALUKU DAN LUWU
mendirikan negeri Sopele, Perdana Mulai mendirikan negeri Waipaliti, Jamilu
mendirikan negeri Latim, dan Kiyai Pati mendirikan negeri Olon. Kemudian
keempat perdana itu mendirikan negeri yang terletak sekitar satu kilometer dari
Negeri Hitu. Negeri yang dibangunnya itu sekarang terletak kira-kira di Dusun
Ama Hitu atau Aman Hitu. Di situlah awal berdirinya Negeri Hitu yang menjadi
pusat kegiatan Kerajaan Tanah Hitu. Bekasnya berupa sisa pondasi bangunan
masjid yang dipercaya sebagai bangunan masjid pertama di Tanah Hitu. Masjid
tersebut bernama Masjid Pangkat Tujuh karena struktur pondasinya terdiri dari
tujuh lapis.
Setelah itu keempat perdana tersebut mengadakan pertemuan yang disebut
tatalo guru (duduk guru) artinya “kedudukan adat atas petunjuk” Upuhatala atau
Allah Ta’ala yang merupakan metafor bahasa dari dewa kepercayaan Kakehang
yaitu kepercayaan pribumi masyarakat Seram. Mereka bermusyawarah untuk
memilih dan mengangkat pemimpin mereka. Dalam musyawarah itu dipilih
seorang anak muda yang cerdas keturunan dari salah seorang empat perdana.
Anak muda tersebut adalah anak dari Pattituri, adik kandung Perdana Pattikawa
atau Perdana Tanah Hitu yang bernama Zainal Abidin dengan pangkat Abubakar
Na Sidiq sebagai raja Kerajaan Tanah Hitu pertama yang bergelar pentabalan
Upu Latu Sitania pada 1470. Latu Sitania atau ile isainyia yang berarti ‘dia sendiri’,
secara harfiah “dia sendiri seorang raja di Tanah Hitu” atau “raja penguasa
tunggal.” Dalam versi Hikayat Tanah Hitu karya Imam Rijali, latu berarti “raja”
dan sitania atau tanya, ite panyia, berarti “tempat mencari faedah baik dan buruk
beraja.”
Setelah Negeri Hitu terbentuk sebagai pusat Kerajaan Tanah Hitu, datang lagi
tiga soa Alifuru untuk bergabung yaitu Tomu, Hunut, dan Masapal. Negeri Hitu
yang pada mulanya hanya merupakan gabungan empat negeri berubah menjadi
gabungan dari tujuh negeri. Ketujuh negeri ini terhimpun dalam satu tatanan
adat atau satu uli, berarti ‘persekutuan’, yang disebut Uli Halawan (Persekutuan
Emas). Uli Halawan merupakan tingkatan uli yang paling tinggi dari keenam Uli
Hitu (Persekutuan Hitu). Pemimpin Ketujuh negeri dalam Uli Halawan disebut
Tujuh Panggawa atau Upu Yitu (sebutan kehormatan) yang beranggotakan
Negeri Soupele, Negeri Wapaliti, Negeri Laten, Negeri Olong, Negeri Tomu,
Negeri Hunut, dan Negeri Masapal.
141