Page 162 - Maluku dan Luwu CMYK.indd
P. 162
ASPEK-ASPEK PERKEMBANGAN PERADABAN ISLAM DI KAWASAN INDONESIA TIMUR: MALUKU DAN LUWU
Ketika aktivitas perdagangan semakin ramai serta muncul ancaman yang
sering datang dari perompak, maka atas prakarsa Momole Guna (kepala
persekutuan Tobona) diadakan musyawarah. Musyawarah bertujuan membentuk
suatu organisasi yang lebih kuat dan mengangkat seorang pemimpin tunggal
sebagai raja. Dari sinilah awal terbentuk Kerajaan Gapi. Hasil musyarawah tersebut
akhirnya mengangkat dan menabalkan Momole Ciko pemimpin Sampalu sebagai
kolano (raja) pertama dengan gelar Mashur Malamo (memerintah 1257–77).
Pusat pemerintahan Kerajaan Gapi berada di kampung Ternate, di kaki sebelah
timur gunung Gamalama. Dengan perkembangan yang sangat pesat, penduduk
menyebut daerah tersebut sebagai “Gam Lamo” (Gamalama) atau “kampung
besar.” Lantaran popularitas dan perkembangan Kota Ternate yang sangat cepat,
Kerajaan Gapi pada akhirnya lebih sering disebut dengan Kerajaan Ternate.
8.6 Sistem Pemerintahan di Ternate
Setelah menjadi sebuah institusi kerajaan, pimpinan tertinggi pemerintahan
dipegang oleh seorang kolano. Hingga pertengahan abad ke-15, ketika penguasanya
memeluk Islam (Gapi Baguna, 1485–6), kerajaan mulai memberlakukan syariat
Islam. Sultan Zainal Abidin, anak dari Gapi Baguna, meninggalkan gelar kolano
dan menggantinya dengan gelar sultan (memerintah 1486–1500). Ajaran Islam
pada masa itu mulai masuk dalam struktur pemerintahannya (Amal 2016: 62–
6). Penggunaan sebutan ‘kesultanan’ berkaitan dengan tempat Zainal Abidin
berguru pada Sunan Giri di Jawa namun bukan berarti penyebaran Islam di
Ternate melalui Jawa. Jauh sebelum itu, Ternate merupakan ‘ruang’ terbuka
tempat orang dari berbagai bangsa dan agama masuk. Dengan demikian elemen
Islam sudah melekat lebih dulu pada masyarakat Ternate. Sementara itu, pada
masa kekuasaan para kolano, pengaruh Islam masih rendah dalam mewarnai
struktur politik Kerajaan Ternate.
Sebuah lembaga baru dalam struktur pemerintahan di Ternate dibentuk yaitu
Lembaga Jolebe atau bobato berjubah putih yang bertugas membantu Sultan
dalam urusan keagamaan Islam. Sementara itu, bobato berjubah hitam yang telah
dibentuk sebelumnya bertugas membantu sultan dalam urusan pemerintahan
(Amal 2016: 64). Jolebe terdiri dari seorang kalem atau kadi, empat orang imam,
146