Page 166 - Maluku dan Luwu CMYK.indd
P. 166
ASPEK-ASPEK PERKEMBANGAN PERADABAN ISLAM DI KAWASAN INDONESIA TIMUR: MALUKU DAN LUWU
di Maluku secara total, hampir tanpa perubahan. Ia juga mendirikan madrasah
yang pertama di Ternate. Sultan Zainal Abidin pernah memperdalam ajaran Islam
dengan berguru pada Sunan Giri di Pulau Jawa. Di sana ia dikenal sebagai Sultan
Bulawa atau ‘Sultan Cengkih’.
Para pengelana Portugis juga menginformasikan bahwa Islam masuk ke
Maluku, khususnya Ternate, ketika Zainal Abidin ditabalkan sebagai raja dan
menanggalkan gelar kolano serta menggantinya dengan gelar sultan pada 1486.
Pendapat itu mungkin ada benarnya jika dilihat pada waktu Islam “diumumkan”
secara resmi sebagai agama kerajaan. Namun, apabila dilihat dari sudut pandang
interaksi masyarakat dengan bangsa-bangsa lain seperti Arab, Persia, Melayu,
dan Jawa, maka dapat diduga bahwa Islam masuk ke Maluku jauh sebelum
pentabalan Zainal Abidin.
Islamisasi daerah-daerah yang termasuk wilayah kesultanan tidak terlepas
dari struktur pemerintahan dan kemauan politik penguasa. Setelah Sultan
memeluk Islam dan menerapkan agama itu dalam struktur pemerintahan, berarti
hukum dan syariat Islam diberlakukan. Oleh karena itu, para penguasa daerah
yang berada di wilayah Kesultanan Ternate harus menerima kehadiran Islam.
Perubahan itu menjadikan perlakuan yang berbeda dari penguasa terhadap
rakyatnya. Penguasa memandang penduduk yang beragama Islam sebagai
warga kelas satu, sedangkan terhadap penduduk yang masih beragama asli
dilihat sebagai warga kelas dua. Bagi penduduk kesultanan yang mendiami
daerah pesisir lebih beruntung karena dekat dengan penguasa. Apalagi bagi
penduduk yang sudah menganut agama Islam.
Menurut sumber Eropa, penguasa Ternate yang paling berjasa dalam
pengembangan agama Islam adalah Sultan Zainal Abidin. Ia tidak saja
mengukuhkan agama Islam dengan memasukannya ke dalam struktur politik,
tetapi ia juga berusaha memberikan pengetahuan tentang Islam kepada rakyatnya
dengan mendirikan pesantren atau madrasah sekaligus mendatangkan guru
agama dari Jawa. Apalagi sultan bersama ayahnya juga pernah belajar agama
Islam di Giri, Jawa Timur.
Dalam upaya memperkuat dan mempertebal keimanan Islam di Ternate,
sultan memulainya dari dalam Istana. Seluruh anggota keluarga sultan
150