Page 163 - Maluku dan Luwu CMYK.indd
P. 163
ASPEK-ASPEK PERKEMBANGAN PERADABAN ISLAM DI KAWASAN INDONESIA TIMUR: MALUKU DAN LUWU
delapan orang khatib dan 16 orang moding yang bertugas membantu amir al-
din ―yang tidak lain adalah sultan―dalam menjalankan fungsi keagamaan dan
syariat Islam. Dengan sendirinya, jolebe langsung bertanggung jawab kepada
sultan sebagai pembina tertinggi agama Islam di kesultanan.
Perubahan struktur dan kelembagaan Kesultanan Ternate telah membawa
pengaruh besar terhadap kerajaan-kerajaan lain di Maluku, terutama di Moloko
Kie Raha. Kerajaan Tidore dan Bacan, misalnya, menerapkan struktur dan
kelembagaan kerajaan mengikuti struktur dan kelembagaan baru yang telah
dimulai di Ternate.
Menurut laporan Galvao, pada setiap kerajaan di Maluku terdapat seorang
pejabat casis general atau dikenal dengan sebutan qadhi atau ‘kadi’ seperti
telah disebutkan. Pejabat itu bertugas mengurusi aktivitas keagamaan Islam
(Jacobs 1971). Seorang qadhi mengepalai pegawai masjid raya (masjid kerajaan/
kesultanan) yang terdiri dari empat orang imam dan empat orang muadzin, dan
juga pegawai masjid di wilayah kesultanan yang memiliki susunan pegawai sama
dengan masjid kesultanan.
Mengenai garis keturunan para kolano dapat disebutkan bahwa permaisuri
Kolano Ciko adalah seorang perempuan yang berasal dari Seli (Tidore). Ia
melahirkan seorang anak laki-laki bernama Gapi Baguna yang setelah dewasa
kawin dengan seorang perempuan dari Sula. Dari perkawinan itu lahir Zainal
Abidin. Sementara itu, dalam catatan Valentijn dan de Clerq disebutkan bahwa
Ciko adalah nama lain dari Sia yang tidak lain adalah Gapi Baguna II yang
berkuasa pada 1432–65. Gapi Baguna adalah ayah dari Marhum yang berkuasa
pada 1465–86. Setelah Marhum mangkat ia digantikan oleh Zainal Abidin yang
berkuasa pada 1486–1500.
Kesultanan Ternate merupakan kesinambungan dari Kerajaan Gapi di
bawah pemerintahan kolano. Dengan masuknya unsur Islam dalam struktur
pemerintahan Ternate, para ulama menjadi figur penting dalam kerajaan. Selain
itu, ada jabatan jogugu atau perdana menteri yang memegang kekuasaan
pemerintahan, dan fala raha sebagai para penasihat. Fala raha atau ‘empat
rumah’ adalah empat soa bangsawan yang menjadi tulang punggung kesultanan
sebagai representasi para momole pada masa lalu, masing–masing dikepalai
147