Page 167 - Maluku dan Luwu CMYK.indd
P. 167
ASPEK-ASPEK PERKEMBANGAN PERADABAN ISLAM DI KAWASAN INDONESIA TIMUR: MALUKU DAN LUWU
diwajibkan mempelajari Islam dan menjalankan syariatnya dengan baik. Seorang
guru sengaja didatangkan untuk mengajarkan Islam kepada putra-putri sultan.
Sultan Kaicil Leliatu mengeluarkan ketentuan tentang cara berpakaian yang
sopan dan tata-cara pernikahan menurut ajaran Islam (de Clerq 1890: 154–5).
Dalam acara penabalan sultan, selain dilakukan secara adat Ternate, juga disertai
penyumpahan menurut tradisi Islam. Pengambilan sumpah dilakukan di dalam
Masjid Kesultanan dengan seorang pemuka agama meletakkan al-Quran di atas
kepala sultan yang sedang ditabalkan. Setelah Belanda berhasil mengambil alih
kekuasaan di Ternate, upacara penabalan sultan dilakukan di kediaman atau
kantor residen dengan tata cara Eropa.
8.9 Kesultanan Tidore
Tidore merupakan kerajaan kedua terbesar di Nusantara bagian timur
setelah Kerajaan Ternate. Tidak ada satu pun sumber tertulis yang menyebutkan
kapan kerajaan itu didirikan dan di mana lokasi awal permukimannya. Valentijn
mencatat bahwa pada awalnya Kerajaan Tidore terletak di Batu Cina, di sebelah
selatan Dodinga. Namun, tidak dapat dipastikan kapan kerajaan ini dipindahkan
ke Pulau Tidore, atau mengapa berada di Tidore.
Dalam catatannya, de Clerq (1890) berusaha menyusun daftar raja-raja
yang pernah berkuasa di Tidore dalam bentuk kronik. Dalam kronik tersebut
ia memperkirakan bahwa ketika kolano Ternate pertama―Ciko atau Mashur
Malamo―ditabalkan pada 1257, Kerajaan Tidore belum berdiri. Pada sekitar
1277–1322, di Tidore terdapat enam kolano yang berkuasa, yaitu Busamuangi,
Suhu, Balibunga, Duhu Madoya, Kie Matiti, dan Sele. 5
Tidore merupakan sebuah pulau bergunung api di gugusan utara Kepulauan
Maluku. Sebelum nama Tidore dikenal orang, pulau itu disebut Limao Duko atau
Kie Duko yang berarti ‘pulau bergunung-api’. Sebutan yang identik dengan nama
gunung itu banyak digunakan pada beberapa tempat di kepulauan tersebut.
Ketika Islam datang di Maluku, Kie Duko berubah menjadi to ado re atau thadore/
tidore yang merupakan sebutan tanda perdamaian antara penguasa pribumi
5 Dalam bukunya, de Clerq tidak mencantumkan tahun berkuasanya para kolano tersebut (lihat
Amal 2016: 468).
151