Page 164 - Maluku dan Luwu CMYK.indd
P. 164

ASPEK-ASPEK PERKEMBANGAN PERADABAN ISLAM DI KAWASAN INDONESIA TIMUR: MALUKU DAN LUWU



              seorang kimalaha. Mereka adalah Marsaoli, Tomagola, Tomaito dan Limatahu.
              Pejabat–pejabat tinggi kesultanan umumnya berasal dari soa itu. Bila seorang
              sultan mangkat dan tidak memiliki pewaris,  penerusnya dipilih dari salah satu
              soa. Selanjutnya ada jabatan Bobato Nyagimoi se Tuf Kange (Dewan 18), Sabua
              Raha, Kapita Lau, Salahakan, Sangaji, dan lain-lain.

                 Bobato Nyagimoi se Tuf Kange atau lebih dikenal dengan Bobato 18 adalah

              semacam  lembaga  legislatif  dalam  pemerintahan  kesultanan. Lembaga  ini
              bertugas memilih, mengangkat, dan bahkan memakzulkan sultan. Anggotanya
              terdiri dari berbagai golongan mulai dari perwakilan komunitas kelompok etnis
              hingga panglima militer  kesultanan yang  disebut  kapita  lau.  Dalam  sejarah
              Kesultanan Ternate baru sekali Bobato 18 memakzulkan seorang sultan.



              8.7 Persekutuan Moloku Kie Raha


                 Di Wilayah  Maluku  Utara terdapat  lima kerajaan yang  memiliki  pengaruh
              yaitu Kolano Tidore,  Kolano  Jailolo,  Kolano Loloda,  dan Kolano Bacan, yang
              merupakan  saingan Ternate  dalam  memperebutkan  kekuasaan  dan pengaruh

              di  Maluku.  Karena  Kolano Sida Arif mempunyai  pergaulan yang luas, Ternate
              mengalami pertumbuhan ekonomi yang cepat dan kemakmuran. Pertumbuhan
              ekonomi itu dibarengi dengan kemajuan teknologi perkapalan dan pelayaran.
              Kemajuan bandar Ternate membuat banyak saudagar dan pelaut asing singgah
              di bandar. Dari pergaulan dengan para pelaut asing, terserap pula pengetahuan
              tentang pelayaran dan pembuatan kapal. Keadaan itu membuat kerajaan lain di
              Maluku memandang Ternate sebagai musuh bersama hingga memicu perang.

                 Pada  masa  pemerintahan  Kolano  Cili Aiya atau  Kolano  Sida Arif Malamo
              (1317–31) di Ternate dicoba menghentikan konflik antar-kerajaan di Maluku Utara.

              Pada 1322, ia mengundang para kolano di Maluku yang lain untuk berdamai dan
              bermusyawarah  membentuk persekutuan.  Persekutuan  itu dikenal sebagai
              Persekutan Moti dengan pimpinan Kolano Jailolo. Tujuan pertemuan itu selain
              menjalin persekutuan  adalah menyeragamkan  bentuk institusi  kerajaan  di
              Maluku. Oleh karena pertemuan dihadiri empat raja Maluku yang terkuat maka
              disebut sebagai persekutuan Moloko Kie Raha atau Empat Gunung Maluku.





                                              148
   159   160   161   162   163   164   165   166   167   168   169