Page 174 - Maluku dan Luwu CMYK.indd
P. 174
ASPEK-ASPEK PERKEMBANGAN PERADABAN ISLAM DI KAWASAN INDONESIA TIMUR: MALUKU DAN LUWU
Merangkum berbagai pendapat tentang masuknya Islam di Maluku,
Marasabessy (dalam Abdulrahman, dkk. 2001) mengemukakan bahwa Islam
masuk ke Maluku Utara melalui beberapa tahap sebagai berikut.
Periode Awal, dimulai dari masa berkembangnya Islam ke luar wilayah Arab
pada abad ke-7 bersamaan dengan aktivitas perdagangan saudagar mencari
rempah-rempah.
Periode Pertengahan, dimulai pada abad ke-11; ditandai oleh munculnya
nama-nama Arab yang merupakan indikator menetapnya komunitas Arab di
Maluku dan pengaruh agama Islam, seperti nama Sultan Ternate, Mansyur
Malamo (1257–77), yang bernama asli Cico Bunga.
Periode Penerimaan Islam oleh institusi kesultanan; ditandai oleh Islam
yang diterima oleh lingkungan kerajaan; sebutan raja diganti menjadi sultan
menyusul perubahan ‘kerajaan’ menjadi ‘kesultanan’; periode ini dimulai
pada 1495 ketika Sultan Ternate, Zainal Abidin, memperdalam agama Islam
ke Tanah Jawa.
Masuk dan berkembangnya Islam di Kepulauan Maluku dimulai dari kawasan
Maluku Utara di Kerajaan Ternate dan Tidore; diperkirakan melalui jalur utara.
Sementara itu, Islam di kawasan Maluku bagian tengah yang berpusat di Hitu,
Pulau Ambon, datang melalui jalur selatan hampir bersamaan waktunya dengan
masuknya ke Moloko Kie Raha. Dalam kaitan dengan masalah akidah Islam pada
penganutnya, masih diragukan efektivitasnya karena penyebarannya “setengah
hati” melalui aktivitas perdagangan yang dibarengi dengan politik perluasan
wilayah dari kedua kerajaan tersebut. Jika hanya membonceng aktivitas
perdagangan tidak demikian hasilnya. Akibatnya, secara umum masyarakat
tidak atau belum sepenuhnya menerima dan mengimani Islam. Apalagi pada
waktu itu masyarakat lokal masih menganut kepercayaan lokal dan Islam penuh
dengan toleransi.
Ternate dan Tidore merupakan dua kerajaan di Moloko Kie Raha yang dapat
direpresentasikan sebagai wilayah pusat kekuasaan Islam di utara kepulauan.
Kerajaan Ternate meluaskan kekuasaannya ke wilayah selatan, meliputi Pulau
Ambon, Haruku, Saparua, Buru, Seram bagian barat, dan Seram bagian tengah.
Sementara itu, Kerajaan Tidore meluaskan wilayah kekuasaannya ke wilayah
158