Page 95 - Maluku dan Luwu CMYK.indd
P. 95

ASPEK-ASPEK PERKEMBANGAN PERADABAN ISLAM DI KAWASAN INDONESIA TIMUR: MALUKU DAN LUWU



               bagian  isi istananya.  Sementara  itu,  seorang bilal  berkewajiban  menikahkan
               dan  mengurusi  kematian  pejabat  yang berasal  dari  wilayah persekutuan  adat
               di tempatnya bertugas. Sedangkan para guru yang berada di setiap kampung
               berkewajiban  mengurusi  penyelenggaraan  pernikahan  dan  kematian  bagi
               masyarakat umum (Mattulada 1976: 48).

                   Adapun pendapatan  yang  diberikan  kepada  pejabat  sara’ telah diatur

               sebagaimana diajarkan oleh Datuk Sulaiman sebelumnya seperti yang termuat
               dalam lontara Wajo yaitu sebagai berikut(Mattulada 1976: 47).

               1.  Dari zakat fitrah dan zakat harta yang ditetapkan bahwa kadi mendapatkan
                   dua bagian dari masing-masing kali atau khatib dari tiga limpo atau daerah
                   bawahan Kerajaan Wajo. Khatib mendapat dua bagian dari masing-masing
                   bilal  dalam  limpo-nya.  Sementara  itu,  bilal  mendapatkan  dua  bagian  dari
                   masing-masing penghulu dalam limpo-nya. Sedangkan penghulu limpo dan
                   amil memiliki bagian yang sama.

               2.  Dari sedekah pada Idul Fitri, Idul Adha, kenduri kerajaan, dan penyelenggaraan
                   urusan  menangani mayat hingga penguburannya,  dilakukan  seperti
                   pembagian yang telah disebutkan di atas.


               3.  Dari penyelenggaraan pernikahan atau lise’ nikka yang diatur bahwa mereka
                   mendapatkan 10 persen dari sunréng atau mas kawin yang diserahkan kepada
                   kali sebagai wali hakim.

                      Dalam  lontara  Wajo, Datuk  Sulaiman  mencontohkan  bahwa para
               pejabat  lembaga  sara’  memperoleh  hak-hak  istimewa  antara  lain dibebaskan
               dari sekalian pajak baik berupa pajak hasil bumi dan harta bendanya, dari kerja
               umum dan semacamnya, di luar tugas pelayanan dalam pesta-pesta kerajaan,
               serta  bebas  dari  solo’ atau pemberian  bingkisan kepada  pengantin.  Apabila
               mereka  melakukan  kesalahan dalam  pekerjaannya maka tidak boleh diberi

               hukuman atau denda tetapi hanya dibebastugaskan atau dipecat dari jabatannya
               tersebut. Misalnya, seorang pejabat lembaga itu melakukan tindakan kriminal
               semacam pencurian, perzinahan, minum minuman keras, dan sebagainya, yang
               melanggar  ajaran agama  maka  dirinya akan dipecat  sebagai  hukuman  utama
               dari perbuatannya tersebut (Mattulada 1976: 47).





                                               79
   90   91   92   93   94   95   96   97   98   99   100