Page 93 - Maluku dan Luwu CMYK.indd
P. 93
ASPEK-ASPEK PERKEMBANGAN PERADABAN ISLAM DI KAWASAN INDONESIA TIMUR: MALUKU DAN LUWU
baik di ujung sebelah timur maupun di barat. Di bagian tengah baruga tersebut
dipasangkan tirai sutra berwarna kuning tempat kedua bersaudara akan
dipertemukan. Waktu yang dipilih adalah bertepatan dengan acara pesta panen
padi. Adapun yang akan menjemput baginda La Patipasaung adalah Makole
Baebunta sedangkan Madika Ponrang akan menjemput La Pattiaraja.
Pada waktu yang ditentukan berangkatlah kedua Madika menjemput kedua
bersaudara tersebut, dan ketika Madika Ponrang menaiki tangga baruga sebelah
timur sambil membimbing tangan Pattiaraja maka bertemulah dengan Makole
Baebunta di sebelah barat yang membimbing baginda Pattipasaung. Di tengah
baruga tersebut berdirilah Madika Bua yang memegang dua bilah keris yang
sangat tajam dengan bentuk dan ukuran yang sama. Madika Bua menyodorkan
kepada kedua bersaudara tersebut sebilah keris ke tangan mereka masing-
masing dan berkata, “Tuanku, bertarunglah sekarang juga dan barang siapa
yang masih hidup itulah yang akan kami junjung karena rakyat Luwu tidak dapat
mempertuankan dua Datu. Rakyat tidak dapat menanggung lagi derita akibat
permusuhan anda selama ini.” Ribuan orang yang hadir dan tidak menyangka
peristiwa tersebut menjadi sangat terkejut. Kedua bersaudara yang juga tidak
menyangka dipertemukan di tempat itu kemudian menyadari kesalahan mereka
masing-masing. La Pattiaraja memeluk saudaranya dan berkata kepada sekalian
yang hadir bahwa dirinya telah mengikhlaskan adiknya menjadi Datu Luwu dan
mengakui kecakapan yang dimilikinya. Ia kemudian memutuskan meninggalkan
Luwu dan pergi ke Gowa, tempat asal ibunya (Mattata 1967: 80).
4.4 Masa Pemerintahan Datu Luwu XVI Sultan Abdullah
Perebutan tahta kedatuan Luwu antara dua bersaudara putra Datu Luwu La
Patiware yaitu La Pattiaraja dan adiknya La Patipassaung telah berakhir dengan
kembalinya sang adik atas tahta Luwu sesuai dengan amanat ayahanda mereka.
La Pattiaraja sendiri akhirnya meninggalkan Tanah Luwu, pergi ke negeri ibunya
di Makassar. La Patipassaung dikukuhkan sebagai Datu Luwu XVI dengan gelar
Sultan Abdullah. Salah satu usaha penguasa baru itu adalah menyebarkan ajaran
Islam kepada seluruh rakyat di wilayah Kedatuan Luwu. Dikisahkan pada masa
pemerintahannya dapat dikatakan bahwa hampir sembilan puluh persen rakyat
77