Page 126 - SEJARAH SOSIAL DAERAH KOTA BENGKULU
P. 126
..,
ia bisa makan nasi, sekarang ia mulai menggantikan nasi dengan
sagu, jagung, ubi, kelapa dan gadung. Di sana-sini sudah ter-
dengar orang mati kelaparan, mabuk gadung dan sebagainya.
Barang keperluan hidup sehari-hari hilang dari pasaran, sedang-
kan jumlah uang Jepang yang beredar semakin banyak·(inflasi).
Rakyat sudah tidak mengenal lagi sabun, minyak, susu dan gula.
Rakyat sudah menggantikan sabun dengan buah limbur, minyak
tanah untuk penerangan dengan karet yang disebut (lampu
tongon), gula pasir dengan gula aren atau gula tebu. Kebutuhan
akan benang jal1it diambil dari parutan daun nenas. Untuk
menutupi keperluan rumah tangga yang mendesak, rakyat
terpaksa berusaha sendiri. Di setiap rumah orang membuat
pakaian lantung dan usaha menenun secara sederhana. Karena
tekanan ekonomi dan kesulitan keperluan hidup, pencurian dan
smokel (korupsi) terjadi di mana-mana. Kerbau, sapi dan kuda
milik rakyat dipergunakan untuk mengangkut padi a tau kendara-
an dalam peperangan. Kerbau yang tidak terurus berkeliaran
masuk hutan menjadi kerbau liar atau kerbau jalang. Usaha
perikanan pun sangat menyedilikan. Semua jenis ikan yang
didapat oleh nelayan dari sampan pancing atau pukat, harus
didaftar dan diserahkan kepada suatu badan bentukan Jepang
yang bernama Kumiai, Badan ini menyortir jenis ikar. Ikan-ikan
besar diambil dan dilelangkan dengan suatu ketentuan yang
ditetapkan oleh Pemerintah Jepang. Hanya jenis ikan kecil yang
tidak bararti saja dikembalikan kepada nelayan. Semua usaha
dalam perekonomian diarahkan untuk membantu pertahanan
dan keamanan Pemerintah Jepang.
Faktor kesehatan umumnya tidak diperhatikan sama sekali.
Persediaan untuk obat sangat kurang. Perawatan pengobatan
dan pelayanan di rumah-rumah sakit tidak memadai. Pada
zaman Jepang itulah kita melihat banyaknya jumlah manusia
yang sakit. Jenis-jenis penyakit yang banyak dialami masyarakat
adalah penyakit kulit (kudis. tukak, koreng, panu) dan yang
disebut "ka'en" penyakit busung lapar.
117