Page 110 - SEJARAH KEBUDAYAAAN MALUKU
P. 110
Sulit menjelaskan arti kata pela karena demikian banyak
pendapat yang beredar sekarang belum disaring melalui
penelitian·ilmiah yang mendalam. Menurut Dieter Bartels yang
pemah mengadakan penelitian lapangan di Maluku Tengah,
kata pela
... pada umumnya dianggap berasal dari salah satu bahasa-
bahasa lokal di Maluku Tengah. Dalam bahasa Melayu
Ambon yang digunakan di zaman sekarang, artinya adalah
persekutuan, konfederasi, liga, atau persaudaraan. Namun
kata itu hampir selalu digunakan untuk mengacu sistem
aliansi antar negeri yang tradisional di Maluku Tengah.
(Bartels, 1977: 56).
Demikian pula tidak mudah menentukan dengan pasti
asal-usul dan sejak kapan institusi ini telah ada dalam
masyarakat Maluku Tengah. Dieter Bartels, melalui penelitian
atas oral traditions tentang pela di Maluku Tengah,
berpendapat bahwa pela telah ada sebelum datangnya orang-
orang Portugis di abad ke-16. Bentuk-bentuk pela yang
pertama, menurut Bartels pula, terdapat di kalangan
masyarakat pengayau yang memerlukan bentuk kerjasama ini
untuk melaksanakan pengayauan dengan baik. Tetapi
kemudian bentuk ini juga berkembang dalam perang-perang
antar suku yang demikian banyak terjadi di wilayah-wilayah
yang belum diduduki Belanda. Tetapi kemudian ada pula pela
yang berguna dalam perdagangan. (Bartels, 1977: 34--56).
Dengan demikian, pela sesungguhnya adalah aliansi antara
dua pemukiman. Bentuk aliansi semacam ini dengan sendirinya
tidak terdapat di Maluku Tengah saja, tetapi terdapat pula di
hampir setiap masyarakat. Lalu apa yang menyebabkan bentuk
aliansi di Maluku Tengah itu begitu penting dan menarik
bagi orang luas? Dieter Bartels berpendapat, bahwa "apa
yang menyebabkan orang-orang Indonesia lainnya begitu
mengagumi pela tentu saja adalah ciri utamanya sebagai
bentuk kerjasama yang melampaui batas-batas agama-agama
yang demikian berbeda, Islam dan Kristen, sehingga pela
barangkali merupakan satu-satunya sistem pengaturan
interaksi antara orang-orang yang berlainan agama itu dan jauh
94