Page 101 - ETPEM2016
P. 101
YME. Dalam kesehariannya di lingkungan keluarga, di lingkungan
masyarakat dan di lingkungan tempat bekerja atau di manapun
berada, mereka akan tetap berupaya istiqomah (konsisten), yakni
selalu memegang teguh nilai dan menaati norma ahlak mulia dan
menjauhi ahlak tercela. Mereka yakin bahwa dengan konsisten
berahlak mulia, hidupnya akan berkah dan mendapat rakhmat
Allah SWT sehingga dapat diharapkan bisa hidup bahagia di dunia
dan di akhirat. Itulah kebahagiaan hakiki yang dicari dan ditujunya.
Jika sebaliknya, maka yakin akan mendapat murka Allah SWT dan
karenanya akan celaka dunia akhirat. Kalaupun menemukan
kebahagiaan di dunia, kebahagiannya itu semu dan bersifat
sementara yang pada akhirnya malah justru menimbulkan
penyesalan selamanya.
3.2.2 Norma dan Nilai dari Kebudayaan Masyarakat
Taliziduhu Ndraha (2003:25) mengemukakan bahwa nilai
bersifat abstrak. Nilai hanya dapat diamati dan dirasakan jika
terrekam dan termuat pada suatu wahana atau vechicle, seperti
suara pada pita, gambar pada film, atau muatan pada gerobak.
Vechicle nilai itulah yang dinamakan ‘budaya’. Jadi, budaya dan nilai
tidak dapat dipisahkan. Selanjutnya, nilai-nilai itu diidentifikasi,
ditanam, dan diaktualisasikan melalui raga, perilaku, sikap dan
pendirian tertentu yang berulang-ulang dan konsisten sehingga
masyarakat dapat mengamati atau merasakannya. Bertolak dari
pendapat ini maka dapat dikatakan bahwa norma dan nilai suatu
masyarakat dikemas dalam kebudayaannya.
Dalam kaitannya dengan etika, Bertens (2007:30)
berpendapat bahwa kebudayaan merupakan suatu sumber yang
85

