Page 104 - ETPEM2016
P. 104
Tentang etika dari kebudayaan daerah/lokal terdapat dua
contoh yang dapat disajikan, yaitu etika dari kebudayaan suku
bangsa Jawa dan Sunda.
Pertama, etika Jawa.
Franz Magnis Suseno (1996:69-202) mengemukakan bahwa
etika Jawa merupakan etika ‘pengertian.’ Etika Jawa menuntut agar
setiap orang memenuhi kewajiban-kewajiban menurut pangkat
dan kedudukannya. Setiap orang harus melakukan apa yang
ditugaskan kepadanya oleh kedudukan sosialnya dan oleh nasib
pribadinya dalam dunia. Dalam mewujudkan keselarasan sosial,
etika Jawa didasarkan pada dua prinsip yaitu prinsip ‘kerukunan’
dan prinsip ‘hormat.’ Dengan dua prinsip itu, interaksi sosial
sedapat mungkin menghindari konflik terbuka dan harus
menunjukkan sikap hormat kepada siapapun. Orang Jawa dinilai
tidak pantas memperlihatkan perasaan-perasaan spontan di
hadapan orang lain. Perasaan-perasaan kuat seperti gembira,
sedih, kecewa, marah, putus asa, harapan-harapan, atau rasa belas
kasihan sebaiknya disembunyikan.
Orang Jawa mempunyai sikap batin antara lain sabar; nrima
(menerima segala apa yang mendatanginya tanpa protes dan
berontak); iklas (bersedia melepaskan individualitas dan
menyesuaikan diri ke dalam keselarasan alam semesta); temen
(jujur); adil; menepati janji; prasaja (sederhana); andapasor
(rendah hati); dan tepa salira (sadar akan keterbatasan diri). Sikap
terhadap dunianya tercermin dalam ungkapan-ungkapan seperti
berikut:
88