Page 183 - ETPEM2016
P. 183
Ketertarikan antar orang dalam pergaulan sosial akan
menentukan rasa kebersamaannya. Semakin kuat ketertarikan,
semakin kuat rasa kebersamaannya yang ditandai antara lain
dengan keintiman, pengertian, kepercayaan, kerja sama dan
bahkan saling menyayangi. Apabila rasa kebersamaan itu ditambah
dengan ‘kepekaan etis,’ maka akan menentukan sikapnya terhadap
norma etik, apakah negatif atau positif. Tentang kepekaan etis
dapat disimak dari pendapat Sugiharto & Rachmat (2000:35)
bahwa ancaman dan pemerkosaan terhadap humanum, yakni
kemanusiaan yang layak dirindukan, membakar kepekaan etis
manusia. Dengan demikian, dua prinsip utama etika adalah
beneficience (berbuatlah baik terhadap sesama) dan non-
maleficience (janganlah berbuat jahat terhadap sesama). Jadi,
ukuran benar-salahnya atau baik-buruknya suatu tindakan adalah
penderitaan sesama manusia, sebab etika pada akhirnya hendak
membina watak manusia agar ia bisa menjadi penjaga, dan
bukannya penjagal sesama manusia. Manusia yang etis adalah
manusia yang bisa bertanggungjawab atas nasib sesamanya.
Menurut teori sikap, faktor penentu perilaku adalah sikap,
walaupun tidak selamanya perilaku konsisten dengan sikapnya
(Gibson, 1997:57). Sikap adalah a persistent tendency to feel and
behave in a particular way toward some object (Luthans,
1995:121). Terjemahan bebasnya, sikap adalah suatu
kecenderungan untuk merasakan dan berbuat dengan cara
tertentu dalam menghadapi suatu obyek. Sedangkan menurut Von
Haller Gilmer (1970:253), sikap merupakan a tendency to respond
167