Page 54 - Jalur Rempah.indd
P. 54
44 REMPAH, JALUR REMPAH DAN DINAMIKA MASYARAKAT NUSANTARA
budak laki-laki dan perempuan, yang pertama berharga antara 50 sampai 60
ringgit, sementara yang kedua dijual 10 hingga 15 ringgit lebih mahal. Lada
dijual setiap bahar atau tiga pikul antara 20 sampai 25 ringgit. Barang-barang
dari Cina seperti mangkuk tembaga dijual perpikul antara 40 sampai 60
ringgit. Sedangkan mentega dari Benggala dijual per poci antara 16 sampai
51
20 ringgit.
Kekuatan barat utama di dunia maritim Nusantara abad ke-17 yaitu VOC
beberapa kali berusaha menjalin kerjasama dengan Aceh. Di tahun 1660-an VOC
berusaha untuk mendekati penguasa Aceh dan beberapa negara vasal Aceh di
Pantai Barat Sumatera. Pendekatan tersebut dilakukan karena berbagai upaya
VOC untuk memonopoli perdagangan lada, emas, dan timah melalui berbagai
diplomasi dagang dan perjanjian yang dilakukan dari masa pemerintahan
Sultan Iskandar Muda tidak membuahkan hasil. Berbagai pendekatan ini
kemudian terbukti juga menemui kegagalan. Hingga kebangkrutan VOC di
tahun 1799 maskapai dagang ini tidak pernah berhasil mengikat kontrak hak
monopoli perdagangan dengan Aceh. VOC harus menerima bahwa bagi Aceh
mereka tidaklah berbeda dengan pedagang-pedagang dari Eropa lainnya.
Karena itu, pada tahun 1661 VOC akhirnya memutuskan untuk menutup
kantor dagangnya yang ada di kota Aceh. Dalam dua dekade terakhir abad ke-
17 dapat dikatakan tidak ada lagi kehadiran VOC secara resmi di Aceh. Kegiatan
perdagangan Belanda di wilayah kekuasaan Aceh lebih banyak dilakukan oleh
para pedagang swasta.
Dalam kurun waktu yang sama upaya untuk mendekati Aceh juga dilakukan
oleh maskapai dagang Inggris EIC (East India Company atau Maskapai Dagang
Hindia Timur), yang merupakan pesaing utama dari VOC. Para pedagang
Inggris mengatakan kepada orang-orang Aceh bahwa “…jika VOC datang ke
aceh dan menjejakkkan kaki kesana, maka bangsa Belanda akan menjadi tuan
52
mereka…”. Peringatan ini telah menyebabkan orang-orang Aceh menjadi
curiga terhadap kehadiran orang-orang Belanda. Meski demikian sikap
kecurigaan itu tidak menghalangi mereka untuk tetap menerima kedatangan
51 ANRI, DVB, No. 2505, 2 November 1689, Folio 811-812.
52 ANRI, DVB, No. 2505, 2 November 1689, Folio 815.