Page 55 - Jalur Rempah.indd
P. 55
REMPAH, JALUR REMPAH DAN DINAMIKA MASYARAKAT NUSANTARA 45
para pedagang swasta. Apa yang terjadi adalah justru ketika delegasi EIC
dikirim ke Aceh untuk membuka kantor dagang keinginan mereka ini ditolak
oleh penguasa Aceh.
D.2 BANTEN
Emporium lain yang tumbuh dan berkembang tidak lama setelah
berdirinya kerajaan Aceh adalah Banten. Banten didirikan pada tahun tahun
1523 atau 1524 oleh Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati. Ulama yang
disebut terakhir dikirim ke Banten oleh Kesultanan Demak dengan tujuan
untuk menyebarkan ajaran Islam dan membangun pusat kekuasaan politik
53
yang akan dijadikan vasal Demak di wilayah ujung Barat Pulau Jawa. Secara
goegrafis, Banten memiliki keuntungan karena terletak di ujung barat Pulau
Jawa dan persimpangan jalur pelayaran Laut Jawa, Laut Cina Selatan, dan Selat
Malaka. Banten menempatkan diri sebagai pelabuhan alternatif kepada para
pedagang muslim dan pedagang-pedagang lainnya yang tidak ingin melintasi
Selat Malaka yang dikuasai oleh Portugis. Hal ini karena pihak yang terakhir
menunjukkan sikap permusuhan terhadap para pedagang muslim yang
mereka anggap sebagai saingan dalam perdagangan maritim di Asia. 54
Banten, sebagaimana kota-kota pelabuhan yang berhasil tumbuh besar
pada periode yang sama, mendukung pembentukan komunitas pedagang
muslim. Dukungan itu digabungkan dengan kemampuan para sultan Banten
dalam mengorganisir jaringan perdagangan yang berkembang di wilayah
daratan antara daerah pesisir dengan pedalaman menjadi faktor penentu yang
mempercepat kemakmuran kesulatan ini. Kemakmuran Banten terus berlanjut
hingga akhir abad ke-17, yaitu ketika Batavia sebagai markas besar VOC telah
berdiri dan berkembang. Banten mempertahankan kemakmurannya melalui
kerjasama dengan berbagai kekuatan perdagangan yang menjadi saingan VOC
seperti bangsa Eropa lainnya, orang India, Cina, dan para pedagang maritim
53 Awal mula berdirnya Banten dibahas secara singkat dalam Claude Guillot, Banten: Sejarah dan Peradaban
Abad X-XVII (Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia, 2008), hlm. 59-61.
54 J. Kathirithamby-Wells, “Banten: A West Indonesian Port and Polity during the Sixteenth and Seventeenth
Centuries,” dalam. J. Kathirithamby-Wells and John Villiers (editor), The Southeast Asian Port and Polity,
Rise and Demise (Singapore: Singapore University Press, 1990), hlm. 107–125.