Page 231 - BUKU SOSIOLINGUISTIK DAN PENGAJARAN BAHASA
P. 231

220                                                                BAB 5

               diterapkan  pada  saat  memandang  bagaimana  suatu  konsep
               seharusnya  dibentuk  melalui  dimensi  perilaku  berbahasa.  Teori
               prototipe  juga  menekankan  bagaimana  kita  mencapai  kompetensi
               sosial dalam hal menggunakan bahasa. Dengan teori prototipe ini
               kita  hanya  mampu  menilai  bahwa  sesuatu  yang  diamati  masuk
               pada  tipe  tertentu,  sementara  itu  fitur-fitur  yang  dijumpai  fitur-fitur
               memiliki     banyak      pengecualian,      maka      pengklasifikasian
               berdasarkan  prototipe  dan  fitur  ini  tidak  bisa  sepenuhnya
               meyakinkan terhadap konsep makna tertentu.
               Contoh:
                     1) Kita  tidak  bisa  mengatakan  ketimun,  nangka  dan  labu
                        sepenuhnya  sebagai  buah.  Sebab  makanan  tersebut  bisa
                        dihidangkan sebagai buah atau sayur.
                     2) Burung sering diidentikan sebagai binatang bersayap yang
                        bisa terbang, lalu bagaimana dengan burung unta?
                     3) Lalu  bagaimana  kelelawar  yang  memiliki  sayap  dan  bisa
                        terbang,  tetapi  kepalanya  menyerupai  seekor  tikus?
                        Apakah kita klasifikasikan sebagai burung atau tikus?
                     4) Tentu  pemaknaan  dengan  klasifikasi  seperti  ini  hanya
                        mempersulit  saja  ketika  ada  fitur  yang  merupakan
                        pengecualian.

               Tabu dan Eufinisme
                     Di  dalam  kehidupan  sehari-  hari,  terkadang  terdapat
               ungkapan tertentu yang dilarang untuk dibahas, dan terkadang pula
               ada  juga  kata  tertentu  yang  harus  diperhalus  penyampaiannya.
               Tabu  adalah  merupakan  larangan  terhadap  suatu  topik  tertentu
               untuk dibahas karena suatu kelompok masyarakat tertentu percaya
               ataupun  memiliki  sikap  yang  beranggapan  bahwa  apabila  topik
               yang  tidak  sesuai  norma  sosial  disampaikan,  maka  akan
               menimbulkan  hal  yang  buruk,  contohnya  menimbulkan  rasa
               khawatir,  tercela  ataupun  malu.  Sehingga  muncul  suatu  batasan
               cara  menyampaikan  sesuatu  melalui  bahasa  yang  sangat  sopan.
               Dengan  demikian  penyampaiannya  sering  tidak  langsung  pada
               sasaran  atau  berbelit-belit  (circumlocutions),  yaitu  disampaikan
               dengan  bahasa  halus  atau  eufimisme.  Walaupun  demikian  tidak
               semua  tabu  maupun  eufimisme  sanggup  diterapkan  100  persen
               sesuai  ketentuan  dan  norma  yang  berlaku.  Sebab  ada  juga
               sekelompok  masyarakat  tertentu  yang  merasa  perlu  mendobrak
               tradisi  tabu  maupun  eufimisme  yang  dianggap  tidak  masuk  akal.
               Topik  yang  dianggap  tabu  biasanya  berkaitan  dengan  suatu
               ungkapan      yang     mengandung        makna      hubungan      intim,
               mengeluarkan  kotoran  dari  dalam  tubuh,  anggota  tubuh  tertentu,
   226   227   228   229   230   231   232   233   234   235   236