Page 251 - BUKU SOSIOLINGUISTIK DAN PENGAJARAN BAHASA
P. 251
240 BAB 5
juga terlihat jelas dalam dunia pendidikan secara umum dimana
pelajar yang awalnya tinggal dan lahir di daerah asalnya,
cenderung menggunakan bahasa daerahnya sebagai bahasa
pertama, dan setelah dia berpindah ke daerah lain yang bahasa
dan budayanya berbeda, hidup dan menempuh pendidikan di
daerah yang baru itu, bisa saja pergeseran bahasa terjadi dimana
pergeseran tersebut bisa dari bahasa daerah ke bahasa Indonesia
atau bahkan bahasa daerah setempat, dan hal ini sangat
dipengaruhi oleh sikap bahasa dan linguistik choice dari yang
bersangkutan terhadap bahasa yang baru di tempat yang baru. Di
sisi lain, faktor sosial, politik, dan media juga harus menjadi
pertimbangan bagi kita dalam menangani pergeseran dan
kepunahan bahasa.
Sistem pemertahanan bahasa muncul karena adanya
fenomena pergeseran bahasa dan bahkan kepunahan bahasa.
Kekuatan pemertahanan bahasa sangat ditentukan oleh peran
individu dan keluarga dalam bagaimana menerapkan
kecenderungan pennggunaan bahasanya sendiri. Pemertahanan
bahasa sebenarnya tidak perlu berlaku dalam konteks masyarakat
multilingual selama bahasa-bahasa yang secara terampil
digunakan oleh seseorang sesuai dengan konteks geografi dan
komunitas bahasa di mana dia berada. Ini merupakan salah satu
bentuk penguasaan keterampilan berbahasa. Hal yang perlu
dipertimbangkan sehubungan dengan pemertahanan bahasa
adalah pada konteks di mana pergeseran bahasa benar-benar
terjadi atau pada sutuasi dan kondisi dimana bahasa yang awalnya
digunakan akan punah. Dalam kaitannya dengan isu ini, prinsip
pembelajaran dengan penggunaan instruksi bahasa perlu
dipertimbangkan dengan tujuan untuk mencegah terjadinya
pergeseran dan kepunahan bahasa yang disebabkan oleh
kebijakan bahasa oleh pemerintah dan penyelenggara pendidikan
serta motivasi internal dan eksternal dari pelajar sehubungan
dengan penggunaan bahasa. Peran pemerintah dan guru sangat
diperlukan agar peserta didik dapat memahami hal ini dan dapat
mencegah pergeseran dan kepunahan bahasa, serta agar mereka
tetap memiliki sikap positif terhadap bahasa dan penggunaannya.
Penanamanan semangat nasionalisme dapat membentuk karakter
posistif peserta didik secara signifikan terhadap bahasa dan
budaya nasional. Konsep dan penerapan revitalisasi bahasa juga
harus ditanamkan sedini mungkin pada peserta didik untuk
menunjang pemahaman mereka terhadap pencegahan terjadinya
pergeseran dan kepunahan bahasa.

