Page 37 - BUKU SOSIOLINGUISTIK DAN PENGAJARAN BAHASA
P. 37
26 BAB 2
atau profesi, hobi, dan lain-lain, yang sifatnya sementara sebab
anggota komunitas bisa saja merupakan milik dari komunitas lain.
Masyarakat bahasa didasari atas batasan-batasan linguistik dan
prinsip norma bersama. Batasan-batasan linguistik dapat berupa
kompetensi yang mendasari prinsip interaksi antara pembicara-
pendengar, keterbatasan pemanfaatan karakteristik linguistik untuk
mencapai identitas kelompok tertentu, dan perbedaan-perbedaan
linguistis dari kelompok pembicara lain. Norma bersama mengacu
pada batasan-batasan perilaku linguistik dalam berinteraksi sebab
dalam suatu komunitas, tidak selamanya terdiri dari anggota yang
memiliki identitas linguistik yang sama, dan karena mereka harus
tetap hidup berdampingan maka mereka harus tetap menjaga
norma bersama dalam sebuah ikatan nilai-nilai komunitas.
Misalnya, saya adalah orang Toraja, Sulawesi Selatan tetapi saya
lahir di Sulawesi Tenggara dimana mayoritas penduduknya adalah
suku Tolaki dan Mekongga. Saat berinteraksi, saya tentu terbatasi
oleh batasan linguistik dengan tidak lebih mementingkan identitas
bahasa saya, bahasa Toraja, kecuali saya sedang berinteraksi
dengan sesama suku Toraja di Sulawesi Tenggara. Di sini ada
norma bersama yang saya dan anggota masyarakat lainnya harus
jaga secara bersama-sama, yaitu nilai-nilai sosial dan budaya
setempat walaupun rata-rata komunitas bahasa di sana tidak
terlalu ekslusif dalam penentuan linguistis saat berinteraksi.
Kondisi seperti itulah yang menyebabkan terjadinya interseksi
atau praktis komunitas dan bahkan pergeseran bahasa karena
beberapa anggota komunitas memilih untuk menggunakan atau
meninggalkan penggunaan bahasanya. Interseksi bahasa tidak
hanya mencakup bahasa ideologi bahasa, dilaektologi, dan lain-
lain, tetapi semuah hal yang berkaitan dengan praktik-praktik
sosial, yang kesemuanya itu menjadi perangkat pembangunan
sosial. Pergeseran bahasa terjadi karena dua hal yaitu persoalan
ideologi bahasa dan persepsi dialektologi. Ideologi bahasa menjadi
salah satu penyebab terjadinya pergeseran bahasa karena
beberapa anggota komunitas dapat membentuk ideologi bahasa
yang baru yang menyebabkan anggota lainnya menjadi tampak
berbeda. Ideologi bahasa dapat dibangun di antara komunitas
bahasa dan antara ragam latar belakang yang berbeda. Sama
halnya dengan persepsi dialektologi yang merupakan penyebab
terjadinya pergeseran bahasa sebab persepsi anggota komunitas
dapat saja menilai bahwa aksen bahasanya lebih baik atau buruk
dari aksen bahasa anggota atau masyarakat bahasa lainnya. Untuk
kondisi seperti ini, maka dibutuhkan kemampuan linguistik
repertoar dalam memediasi interseksi bahasa yang dapat