Page 50 - BUKU SOSIOLINGUISTIK DAN PENGAJARAN BAHASA
P. 50

Masyarakat Bahasa dan Pengajaran Bahasa                                39

                  Singapura memiliki empat bahasa resmi bahasa inggris, Mandarin
                  variasi  china,  Tamil,  dan  melayu.  Namun  kebanyakan  penutur
                  bahasa  asli  Hokien,  variasi  lain  dari  bahasa  China.  Kebijakan
                  pemerintah  mempromosikan  bahasa  inggris  sebagai  bahasa
                  perdagangan,  mandarin  sebagai  bahasa  internasional  China,
                  bahasa meayu sebagai daerah dan bahasa tamil sebagai bahasa
                  etnik  kelompok  penting  republik.  Bahasa  ingris  bagaikan  saudara
                  kandung  di  Singapura.  Percakapan  dengan  teman  menggunakan
                  bahasa  inggris  informal  singapura.  Dalam  dunia  pendidikan,
                  menggunakan bahasa Inggris formal dan mandarin. Situasi bahasa
                  yang  komplikasi  di  singapura  dapat  dikarakteristikkan  sebagai
                  diglosia bila dilihat dari pandangan Fishman di dalam Wardhaugh
                  (2006).
                        Situasi  lain  terjadi  ketika  masyarakat  multilingual  bertemu
                  sesama  mereka  situasi  asing,  apa  bahasa  yang  mereka
                  digunakan?.  Tanner  (1967)  hasil  penelitiannya  menunjukan
                  penggunaan  bahasa  kelompok  kecil  mahasiswa  Indonesia  dan
                  keluarga mereka yang tinggal di United stated, sembilan di antara
                  mereka  mengetahui  bahasa  yang  hampir  semua  mengetahui
                  bahasa  Indonesia,  Jawa,  dan  Belanda.  Dalam  momen  diskusi
                  akademik  mereka  menggunakan  bahasa  Inggris,  sedangkan
                  bahasa  Indonesia  digunakan  dalam  aktifitas  biasa,  bahasa  Jawa
                  digunakan  untuk  ragam  sehari-hari  atau  netral,  dan  bahasa
                  Belanda hanya untuk menambah kosakata saja.

                        Campur kode
                        Alih kode sangat lazim diikuti dengan beberapa gejala campur
                  kode. Thelander dalam Chaer (2010) mengatakan apabila didalam
                  suatu  peristiwa  tutur  terdapat  klausa-klausa  ataufrase-frase  yang
                  digunakan terdiri dari klausa dan frase campuran (hybrid clauses,
                  hybrid  phrases),  dan  masing-masing  klausa  dan  frase  tidak  lagi
                  mendukung  fungsi  sendiri-sendiri,  maka  peristiwa  yang  terjadi  ini
                  adalah campur kode.
                        Dalam  kasus  campur  kode,  seorang  penutur  bisanya
                  menyelipkan unsur-unsur bahasa lain ketika sedang menggunakan
                  bahasa  tertentu.  Unsur-unsur  tersebut  bisa  saja  berupa  kata-kata
                  tetapi dapat juga berupa frase-frase atau kelompok-kelompok kata.
                  Lebih lanjut Dardjowidjojo (2005) mengatakan jika penutur secara
                  sadar atau sengaja menggunakan unsur bahasa lain ketika sedang
                  berbicara  dalam  suatu  bahasa,  peristiwa  inilah  yang  kemudian
                  disebut dengan capur kode. Oleh karena itu dalam bahasa tulisan,
                  biasanya  unsur-unsur  tersebut  ditunjukkan  dengan  menggunakan
                  garis bawah atau cetak miring sebagai penjelasan bahwa si penulis
   45   46   47   48   49   50   51   52   53   54   55