Page 47 - EBOOK_Falsafah Kepemimpinan Jawa
P. 47

rakyatnya.  Kalau  demikian,  pimpinan  belum  seratus  prosen  mampu  mengayomi
               rakyatnya.
                     Sikap  batin  mengayomi  adalah  sikap  batin  yang  lebih  dari  sekadar  melindungi.
               Sikap  ini  mampu  menciptakan  keteduhan,  yang  akan  membangun  sinergi  dan  daya
               bagi kelompoknya. “Tanpa sikap batin dan kemampuan untuk mengayomi, kinerja dari
               kelompok menjadi tidak terarah dan tidak optimal. Sikap batin pertama juga bertujuan
               untuk mengayomi anggota kelompoknya,” urainya menjelaskan. Jadi, pemimpin sejati
               yang berani berada di depan, tidak sekadar berani bertanggung jawab atas kebijakan
               atau tindakan yang diambilnya, tetapi juga manfaat yang lebih besar, yakni mengayomi
               kelompoknya.
                     Lebih  jauh,  Suryo  menyatakan,  daya  yang  ditimbulkan  oleh  unsur  mengayomi
               sangatlah  dahsyat.  “Saya  menjadi saksi bagaimana  team  work yang  merasakan  sifat
               pengayoman dapat melakukan hal-hal yang luar biasa. Team work yang optimal akan
               menghasilkan  daya  yang  optimal,”  tuturnya  memastikan.  Misalnya,  jika  seorang
               karyawan  merasa  terayomi  di  lingkungan  kerjanya,  tentu  akan  membuat  dia  merasa
               nyaman  dalam  bekerja  sehingga  akan  tercipta  produktivitas  yang  tinggi  bagi
               perusahaan, karena karyawan akan lebih mampu berkreativitas. Oleh karena itu, Suryo
               menegaskan,  hubungan  batin  antara  yang  mengayomi  dan  yang  diayomi  harus
               diciptakan dan menjadi tanggung jawab seorang pemimpin.
                     Pimpinan juga harus mampu “mencerahkan” suasana bawahan. Ketika pemimpin
               mampu  memberi  pencerahan  kepada  anggota  kelompoknya,  tentu  banyak  disegani.
               Saya  menggunakan  istilah  mampu  karena  diperlukan  unsur  keterampilan  dalam
               memberikan pencerahan. Selain dilandasi sikap batin untuk memberi, membantu, dan
               berkontribusi,  juga  diperlukan  kecerdasan  seorang  pemimpin  untuk  dapat  memberi
               pencerahan.  Manakala  bawahan  merasa  cerah,  cemerlang,  dan  tidak  gelap  gulita,
               itulah  tanda  pimpinan  yang  berhasil.  Kecerdasan  itu  dapat  berupa  keterampilan  dan
               pengetahuan  di  bidang  manajemen  atau  umum,  namun  juga  termasuk  hal-hal  yang
               khusus sesuai disiplin ilmu yang disyaratkan bagi seorang pemimpin untuk menjalankan
               fungsi memimpin perusahaan atau organisasi.
                     Fungsi pencerahan dari pemimpin juga ditujukan untuk menyiapkan kader-kader
               pemimpin selanjutnya, yang menjamin perusahaan atau organisasi akan tumbuh terus
               dan mampu mengadakan perubahan sesuai dinamika dari lingkungan. Tidak terlampau
               sulit untuk mengenali siapa yang memiliki sifat memberi pencerahan. Dalam unit kerja
               atau  organisasi  yang  kecil,  misalnya,  sudah  dapat  dilihat  siapa  yang  suka  membagi
               ilmunya dan suka membantu. Yang lebih sulit adalah menemukan mereka yang mampu
               secara sistematik menyiapkan kader bagi unitnya, apalagi meyiapkan seseorang yang
               akan menggantikannya.
                     Fungsi  pencerahan,  dapat  dilihat  pada  pemimpin  perusahaan  yang  selalu
               menyatukan  ide,  pikiran,  dan  kinerja  karyawan  sehingga  menjadi  daya  dahsyat  yang
               akan membawa perusahaan ke posisi yang ditargetkannya. Untuk itu, karyawan mem-
               butuhkan pencerahan yang mampu menyatukan mereka. Kekuatan pencerahan adalah
               direction  atau  arahan  ke  mana  mereka  harus  bergerak.  Pencerahan  akan  membuat
               karyawan  dan  unit  bisnis  merasa  diakui  kontribusinya.  Agar  pemimpin  mampu
               memberikan  pencerahan  secara  optimal,  prinsip  “7-T”  dari  Suryo  dapat  dijadikan
               referensi  bagi  para  pemimpin.  Prinsip  7-T  meliputi:  Tata,  Titi,  Titis,  Temen,  Tetep,
               Tatag,  dan  Tatas.  Agar  tercipta  suasana  yang  mengayomi  dan  mencerahkan,  serta
   42   43   44   45   46   47   48   49   50   51   52