Page 48 - EBOOK_Falsafah Kepemimpinan Jawa
P. 48
mampu menciptakan suasana sejuk seperti feel at home, ada ajaran Jawa yang saya
peroleh dari kakek, almarhum KRMTA Pornomo Hadiningrat, yaitu 7-T.
Ia menceritakan, prinsip 7-T merupakan hasil pengalaman kakeknya selama
menjabat pamong praja. Pengalaman itu kemudian diajarkan kepada dirinya agar dapat
dijadikan pedoman dalam bekerja. “Beliau selalu menekankan, kita harus selalu me-
review diri sendiri sebelum memberikan keputusan maupun bertindak,” ujarnya
menyadur ucapan sang kakek. Jadi, seorang pemimpin harus selalu mengkaji, apakah
dalam kesehariannya dia telah memenuhi prinsip-prinsip 7-T dengan baik.
Mengenai prinsip 7-T, Suryo menjelaskan, 3-T pertama (tata, titi, dan titis)
merupakan skills (keterampilan), yang juga dipengaruhi oleh kecerdasan seorang
pemimpin. “Bahwa arti tata itu teratur, titi itu teliti, dan titis itu tepat. Tiga skill itu yang
sebenarnya amat diperlukan seorang pemimpin. Misalnya, pada prinsip tata, seorang
pemimpin dituntut untuk berpikir, berbicara, dan bekerja secara teratur atau sistematis.
Oleh karena pemimpin harus mampu menciptakan rule of the game atau standard
operating procedures (SOP),” maka penguasaan prinsip tersebut amat penting. Prinsip
4-T berikutnya (temen, tetep, tatag, dan tatas) merupakan suatu sikap atau tekad yang
diwujudkan dalam bentuk perilaku, yang diiringi dengan suatu kegiatan atau action.
Prinsip 4-T berikutnya, yang terdiri dari temen (jujur atau tulus), Tetep (konsisten), tatag
(tabah), dan tatas (tegas) merupakan komitmen atau niat yang harus terwujud pada
perilaku atau sikap pemimpin sehari-hari dalam memimpin kelompok atau perusahaan,”
kata ayah dua putri dan suami dari Elida, ini menyarankan. Ia memastikan, pemimpin
yang temen atau jujur dalam pola pikir dan perilakunya, akan diikuti dengan ketulusan
anggota tim dalam bekerja sesuai sasaran yang ingin dicapai.
E. Gaya Kepemimpinan Jawa 5-M
Semua pimpinan Jawa memiliki gaya yang berbeda-beda. Gaya 5-M sebenarnya
sebuah pilihan dalam memimpin suatu komunitas. Gaya 5-M pun sebenarnya dapat
diterapkan pada etnis atau bangsa lain. Orang Jawa sedikit terpengaruh Hindu dan
Islam dalam memegang teguh gaya kepemimpinan. Jika dalam bahasa Arab selain
kata imam dan sulthan, pemimpin juga disebut dengan menggunakan kata Maalik,
Malik atau Mulk di Jawa pimpinan juga disebut raja atau sultan. Di Jawa, pimpinan
merupakan kiblat yang bersifat hangabehi (total).
Yang dimaksud gaya kepemimpinan 5-M meliputi lima konsep dasar
kepemimpinan sebagai berikut.
Pertama, melek, selain berarti membuka mata, melihat dengan cermat, juga
bermakna senantiasa awas. Pimpinan adalah seorang pengawas (controlling). Melek
dalam makna leterlijk sebagaimana pernah dicontohkan oleh Khalifah Umar bin Khattab
r.a yang selalu blusukan di malam hari melihat kondisi riil rakyatnya. Hal ini seperti yang
dilakukan gubernur DKI, Jokowi. Terbukti konteks ini amat penting untuk mendekatkan
hati pimpinan pada rakyat. Dalam hal ini melek juga berarti seorang pemimpin harus
tahu dan mengerti betul kondisi dan problem yang dihadapi rakyatnya, sehingga ia
mampu mencarikan solusi yang efektif dan presisif. Dengan cara melek, seorang
pimpinan juga menjadi tukang catat (juru cathet) yang luar biasa. Melek, juga berarti
ingin tahu perkembangan di belahan dunia lain.
Hikmah melek, tentu banyak sekali guna pengembangan suatu komunitas. Florida
(2003:396-438) secara panjang lebar membahas sosok pimpinan di era kerajaan