Page 402 - Toponim sulawesi.indd
P. 402

388     Jaringan Maritim Indonesia: Sejarah Toponim Kota Pantai di Sulawesi


               Bura’  Sendana  yang asli.  Menurut Budayawan dan  sejarawan A. Muis

               Mandra bahwa  Buraq Sendana yang asli  hanya sesekali terdengar
               dinyanyikan  oleh  orang-orang tua  di  kampung-kampung  pedalaman

               Mandar. Sesungguhnya, ada dua versi cerita terciptanya “Ayangan Bura’
               Sendana,” dua versi  cerita tentang terciptanya  ayangan  Bura’ Sendana,
               yaitu:  Pertama,  Ayangan buraq  Sendana  adalah  lagu yang  dinyanyikan

               oleh permaisuri raja Balanipa yang bergelar Toniallung  di Kaeli. Lagu ini
               diciptakan  sendiri  oleh sang permaisuri sebagai bentuk rasa  rindunya

               kepada sang suami yang tak kunjung kembali ke Balanipa. Bahkan menurut
               keterangan Ketua DPRD Majene yang bernama Darmansyah bahwa Bura’
               Sendana menceritakan seorang putri bangsawan Mandar yang merindukan

               suaminya di Tanah Kaili dengan meneteskan air mata hingga butiran biji
               kapuk tumbuh menjadi cikal bakal pohon di Bantal yang ditempati tidur. 18

                     Kedua, Ayangan Bura’ Sendana dinyanyikan oleh Indara putri Puang

               Dikacci. (Puang Dikacci, adik kandung raja Sendana) lantaran rindu kepada
               Lamba Tokaeli yang dicintainya. Namun sang Putri sama sekali tidak tahu
               bahwa  Ilamba Tokaeli  yang dicintainya  adalah  adiknya  sendiri  namun

               berbeda ibu.  Kisah  cinta  Indira  dan  Ilamba  Tokaeli  serta Bura’ Sendana
               merupakan Kisah yang mengharukan ini bermula ketika Puang Dikacci pergi
               jauh  ke Kaeli meninggalkan  isterinya  yang membencinya karena isteri

               tercinta ternyata  mangidang tau (ngidam  orang) isteri membenci
               melihat suaminya, dan selalu ingin menggigitnya. Pergilah Puang Dikacci

               meninggalkan Sendana ke utara, dan tiba di negeri Kaeli, Sulawesi Tengah.
               Beberapa lama kemudian Puang Dikacci kawin dengan putri Raja Kaeli. Dari
               perkawinan ini lahirlah seorang Putra yang bernama Ilamba. Sebelum Puang

               Dikacci berangkat ke negeri Pasir, Kerajaan Kutai di Kalimantan berperang
               melawan musuh membantu pamannya yang menjadi Raja di Kutai waktu itu,

               ia berpesan kepada isterinya supaya suatu waktu anaknya, Ilamba pergi ke



               18   Wawancara Darmansyah, di Majene tanggal 10 Mei 2016.
   397   398   399   400   401   402   403   404   405   406   407