Page 171 - PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
P. 171
171
Kongres Nahdatul Ulama di Pondok Krapyak KH Abdurrahman Wahid mengikuti
Yogyakarta, November 1989, KH. Abdurrahman peringatan haul K.H. Asy’ari di
Wahid terpilih sebagai Ketua Tanfidziyah NU Jombang, Jawa Timur pada Januari
periode 1989 – 1994 (Sumber: ANTARA). 2000 (Sumber: Back Tohir/Setneg).
itu asalkan mau mengulang tingkat sarjana. Gus Dur menolak meninggal. Banyak orang yang bersaksi bahwa dalam
tawaran itu. Ia memilih melakukan pengembaraan di negeri berbagai perjalanan, di suatu daerah, dan pada malam hari
itu dengan menyerap ilmu-ilmu sosial Barat yang kritis dan pula, tiba-tiba Gus Dur minta berhenti sebentar, karena di
pemikiran Barat pada umumnya di pelbagai tempat di luar tempat itu ada makam orang terhormat, yang besar jasanya
kelas formal. bagi kehidupan. Ini menunjukkan bahwa Gus Dur sangat
waskito terhadap makam-makam orang yang mempunyai
Keteladanan Gus dur dalam menjalin silaturahmi jasa besar bagi umat manusia. Sebagai contoh, ketika suatu
dan Ziarah Kubur Ke para Wali dan leluhur hari Gus Dur berkunjung ke daerah Jawa Barat pada malam
Gus Dur menjaga dan mengamalkan silaturahmi dengan hari. Dalam perjalanan itu Gus Dur tiba-tiba minta berhenti.
konsisten, dengan suka cita, yang mungkin hanya satu dua Menurut Gus Dur ditempat itu ada makam seorang tokoh
orang kiai yang bisa menyamainya. Gus Dur menegaskan yang ingin di ziarahinya. Orang-orang setempat mencari
pada banyak pihak, bahwa silaturahmi menempati dengan teliti tetapi makam yang dimaksud tidak ditemukan.
posisi sentral, salah satu ajaran penting dan mendasar Gus Dur menjelaskan, kita harus berjalan disisi sebuah
dalam agama. Ada rujukan-rujukan teks dan ungkapan sungai, lalu belok ke kiri sedikit sebelum akhirnya menaiki
penuh hikmah, yang menjelaskan bahwa silaturahmi itu bukit kecil. Tapi tempat semacam itu tidak bisa ditemukan.
memperpanjang umur dan memperlebar pintu rezeki. Gus Dur memerintahkan agar dicari lebih teliti lagi. Tiba-
Pentingnya pesan penuh hikmah semacam itulah yang tiba salah seorang dari rombongan ingat ada sebuah makam
membuat Gus Dur mengamalkannya dengan kegembiraan, tua yang terlantar dan tidak ada yang mengunjunginya.
dan diikuti dengan keikhlasan. Mengunjungi teman, Tempatnya masih agak jauh, diperlukan beberapa saat lagi
sahabat, keluarga, kiai-kiai, tokoh-tokoh masyarakat, para untuk sampai ke sana.
tokoh Islam dan non-Islam, dijadikannya “tradisi”. Mereka “Itu makam terlantar Gus”
yang sakit didatanginya pula, dan itu demi menjaga agar “Ya ndak apa-apa terlantar. Manusia yang masih hidup
silaturahmi tidak terputus. saja banyak yang terlantar kok, apa lagi makam, dan
Bagi Gus Dur, silaturahmi itu berlaku bukan hanya di makam yang sudah sangat tua. Ya ndak apa-apa, karena
masyarakat, dan berhubungan dengan orang-orang yang itu saya perlu menziarahinya biar yang bersemayam di
masih hidup, melainkan juga dengan mereka yang sudah sana tidak terlalu kecil hati menghadapi keterlantarannya.
ABDURRAHMAN W AHID:1999-2001
Presiden RI FINAL REVISI 20082014 CETAK_130%_03_RevSBY_M5.indd 171 10/22/14 9:58 AM