Page 173 - PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
P. 173
173
KH abdurrahman Wahid melakukan dialog
dengan para jamaah, seusai menunaikan shalat
Jumat di masjid al munawaroh Ciganjur (sumber:
back tohir/setneg).
Hal itu membuat para ilmuwan muda indonesia yang baru
pulang dari luar negeri terdorong untuk melakukan diskusi “Demokrasi adalah persyaratan bagi kebesaran
tentang kebangsaan, Gus Dur kemudian bergabung bangsa kita di masa depan.”
dengan lembaga Pengkajian Pengetahuan, Pendidikan,
ekonomi dan sosial (lP3es) di Jakarta. Di lembaga Di masa itu dan berlanjut di tahun-tahun kemudian,
yang sangat bermutu ini Gus Dur mengembangkan sebagai cendekiawan Gus Dur sering mengkritik kebijakan
pemikirannya tentang politik dan keislaman. Gus Dur pemerintahan orde baru. Kehadiran ikatan Cendekiawan
juga menuangkan pemikiran-pemikirannya melalui muslim indonesia (iCmi) pun direspons Gus Dur dengan
jurnal ilmiah Prisma yang sangat prestisius. Gus Dur sikap kritis.
pula yang memperkenalkan pemikiran khas Kiai dari Gus Dur mencoba menggalang kekuatan dengan ikatan
dunia pesantren sehingga organisasi nu menjadi lebih sosial yang melintasi sekat-sekat keagamaan dengan
terkenal dan memiliki daya tarik tingkat dunia bagi para mendirikan Forum Demokrasi (Fordem). Fordem berdiri
pengkaji keislaman dan keindonesiaan. selain itu Gus dengan tujuan untuk menguatkan posisi masyarakat sipil yang
Dur juga mengejutkan media massa dengan essai-essai diperlemah oleh kebijakan politik orde baru. selanjutnya
yang cerdas dan kocak, penuh humor dan dengan konten Fordem dan nu merupakan dua kendaraan bagi Gus Dur
keilmuan dan keislaman yang belum pernah dijamah untuk memperjuangkan dan membumikan pemikiran
pihak lain. Kritik-kritiknya yang tajam tapi humoris pluralisme dan penguatan masyarakat sipil di indonesia.
dan berani membuatnya dikenal sebagai cendekiawan beliau memprakarsai beragam dialog yang membuka ruang
yang disegani di indonesia. tidak mengherankan bila terciptanya toleransi beragama dan otonomi sipil.
kemudian Gus Dur dipilih sebagai ketua Dewan Kesenian Gus Dur juga selalu berada di barisan paling depan ketika
Jakarta pada tahun 1982 – 1985. terjadi ketidakadilan yang menimpa kaum minoritas. nu di
ABDURRAHMAN W AHID:1999-2001
Presiden Republik Indonesia FINAL REVISI 20082014 CETAK.indd 173 8/21/14 1:17 PM