Page 174 - PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
P. 174

174




                 “Tanpa Pancasila, negara RI tidak akan pernah ada. Pancasila adalah serangkaian

                 prinsip-prinsip yang bersifat lestari. Ia memuat ide yang baik tentang hidup

                 bernegara yang mutlak diperjuangkan. Saya akan pertahankan Pancasila yang

                 murni dengan jiwa-raga saya, terlepas dari kenyataan bahwa ia tidak jarang
                 dikebiri atau dimanipulasi ...”






            bawah  pimpinan  Gus  Dur  menjadi  organisasi keagamaan  lebih penting dan lebih mendasar dibandingkan dengan
            dengan  membawa  terobosan-terobosan penting dalam  usaha memformalkan Islam di dalam tatanan politik
            pemikiran modern.                                   menjadi negara Islam secara resmi tetapi basis pendukung
               Untuk memperkuat peran sosial dan pendidikan NU,  sosiokulturalnya belum ada.
            Gus Dur mengambil kebijakan yang fundamental bagi      Dengan argumen kultural  seperti  itu,  mudah  sekali
            masa depan NU, yakni menarik dukungan formal NU  dimengerti  bahwa  NU menerima  “asas tunggal”,  karena
            ke Partai Persatuan Pembangunan (PPP).  Sikap politik  hubungan  antara Pancasila  dan Islam  dapat  dirumuskan
            ini dirumuskan dalam kebijakan “kembali pada Khitah  dalam  idiom politik keagamaan  yang  penuh hikmah
            Perjuangan 1926”, untuk memposisikan kembali NU  sebagaimana  tampak  di  dalam  tatanan nilai luhur  yang
            sebagaimana tujuan berdirinya yaitu sebagai organisasi  dipraktekkan beratus-ratus tahun yang lampau oleh bangsa
            sosial keagamaan. Menurut  Gus Dur, peran agama  kita. Kaum Nahdhiyyin tidak akan lupa bahwa, Bung Karno
            dan  negara mesti  diberi  garis  yang  tegas.  Gagasan ini  merumuskan Pancasila yang digali dari anasir-anasir tradisi
            dipegang  teguh  oleh Gus  Dur  sebagai  agenda  utamanya  yang hidup  di masyarakat  kita. Perpaduan  antara Islam,
            memperkuat posisi masyarakat sipil agar memiliki daya  Pancasila, dan tradisi bangsa, membuat kita menjadi lebih arif
            tahan lebih besar terhadap penetrasi negara.        dalam merumuskan tatanan politik yang adil dan manusiawi.
               Oleh karena itu, garis perjuangan NU memperlihatkan   Gus Dur berpendapat,  paradigma  baru  yang harus
            komitmennya dengan jelas pada tata kehidupan  dikembangkan  oleh umat  Islam  adalah  pembentukan  civil
            nasional yang tidak sektarian dan sekaligus mengangkat  society. Penguatan  civil  society sejalan dengan kebijakan
            universalitas kemanusiaan. Prinsip yang dijunjung  NU karena NU juga memiliki komitmen untuk memperkuat
            tinggi oleh kaum Nahdhiyyin :  ukhuwah Islamiyah,  kemandirian masyarakat.
            ukhuwah wathoniyah, dan ukhuwah basyariyah. Hal ini
            membuktikan, bahwa NU memiliki wawasan kebangsaan  CIGANJUR DAN PINTU PEMBUKA REFORMASI
            yang kuat. Maka dari itu,  Gus Dur selalu menghindari   Gerakan Reformasi 1998 merupakan tonggak sejarah bagi
            formalitas  dalam  berpolitik,  karena yang paling penting  lahirnya  politik di Indonesia yang demokratis. Mundurnya
            ialah terwujudnya tatanan yang adil dan beradab di  Presiden  Soeharto dan para pendukungnya  membuka
            dalam masyarakat Indonesia. Perjuangan ke arah ini jauh  kesempatan  lahirnya  tata pemerintahan yang  diharapkan



            ABDURRAHMAN W AHID:1999-2001



   Presiden RI FINAL REVISI 20082014 CETAK_130%_03_RevSBY_M5.indd   174                                               10/22/14   9:54 AM
   169   170   171   172   173   174   175   176   177   178   179