Page 100 - Tere Liye - Negeri Para Bedebah
P. 100
berisi wajah Om Liem, buronan dan liputan tentang bobroknya
Bank Semesta.
”Wartawan dan editor lain mungkin mengunyah mentah-
mentah ceramahmu tadi pagi, tapi aku sama sekali tidak tertarik.
Pendapatmu boleh jadi benar, dampak sistemis bisa jadi bukan
ilusi, dan bahaya besar sedang mengancam institusi keuangan,
bahkan ekonomi nasional, tapi kau tidak dalam posisi pihak
independen yang berhak memberikan pendapat. Kau ber-
kepentingan. Jadi sekali lagi, Thom, bicara terus terang padaku,
atau media kami akan lebih sibuk membahas tentang bobroknya
Bank Semesta, dengan kesimpulan tutup saja segera bank itu,
tangkap secepatnya Om Liem di mana pun dia berada, termasuk
orang yang membantunya lari tadi malam.”
Julia bahkan tidak menarik napas untuk menuntaskan kalimat
ancamannya.
Aku (yang) menghela napas pendek. Sebagai pemain yang
baik dalam setiap permainan, aku tahu persis situasiku terdesak.
Julia menunggu, dan mata hitamnya tidak berkedip sekali pun.
Suara dering telepon di meja kerjaku memecahkan senyap.
”Ada apa lagi, Mag?”
”Situasi darurat, Thom. Sekuriti lobi baru saja meneleponku,
bilang ada beberapa polisi berpakaian sipil menanyakan lantai
dan ruangan kerjamu. Mereka sudah naik lift.”
Polisi? Aku langsung melempar gagang telepon, bergegas me-
numpuk dokumen yang sedang kubaca, memasukkannya dalam
boks kecil yang sudah disiapkan Maggie.
”Apa yang terjadi?” Julia berdiri, sedikit bingung.
Mereka ternyata cukup tangguh. Aku tidak menjawab per-
tanyaan Julia. Aku tahu cepat atau lambat polisi akan mencariku.
98
Isi-Negeri Bedebah.indd 98 7/5/2012 9:51:08 AM