Page 195 - Tere Liye - Negeri Para Bedebah
P. 195
INGGU, pukul dua dini hari. Waktuku tinggal 30 jam lagi
sebelum pukul 08.00 hari Senin besok, ketika hari pertama
Bank Semesta buka di tengah berbagai kemungkinan yang ter-
jadi: bank itu ditutup, rush besar-besaran terjadi, antrean panjang
di setiap cabang, nasabah yang panik, dan boleh jadi ditambah
dengan kepanikan nasabah bank lain. Atau kemungkinan kedua,
bank itu diselamatkan, pemerintah memberikan dana talangan,
memberikan jaminan bahwa seluruh uang nasabah aman.
Borgolku dilepas. Salah satu polisi bersenjata mendorongku
dengan telapak sepatunya, membuatku hampir terjerembap ke
dalam sel. Mereka menyeringai puas melihatku, tertawa pelan.
Sipir mengunci pintu sel. Lima belas detik kemudian dia balik
kanan bersama rombongan itu, meninggalkanku sendirian yang
masih kebas dengan banyak hal.
Aku bergumam kosong, mengusap rambut yang berantakan,
menatap sekitar ruangan. Sel penjara ini tidak dingin dan
lembap seharfiah dalam cerita-cerita atau film. Lampu terang
tergantung di langit-langit sel berukuran 2 x 3 meter. Udara
193
Isi-Negeri Bedebah.indd 193 7/5/2012 9:51:11 AM