Page 253 - Tere Liye - Negeri Para Bedebah
P. 253
RANG!!
Guci berusia ratusan tahun—salah satu ornamen sederhana,
tapi superantik dan mahal—di ruangan rapat lantai satu Bank
Semesta menghantam dinding. Hancur berkeping-keping.
Ruangan besar hening sejenak setelah suara bising yang
mengejutkan.
”Kami mau uangnya kembali!” Salah seorang nasabah yang
baru saja melempar guci berharga itu—ditilik dari wajah dan
bentuk badannya dia pastilah pernah mengikuti dinas kemiliter-
an—menatapku galak.
”Ya, kami mau uangnya kembali!” nasabah lain berseru
menimpali.
”Benar!” Teriakan nasabah lain ikut terdengar, mengangguk-
angguk dengan tampang masam.
”Kami juga ingin bertemu Om Liem. Sejak tadi malam kami
ingin mendengar penjelasan langsung darinya, bukan dari staf
251
Isi-Negeri Bedebah.indd 251 7/5/2012 9:51:12 AM