Page 254 - Tere Liye - Negeri Para Bedebah
P. 254

ahli, orang kedua, wakil, atau apalah kalian menyebutnya,” salah
               satu nasabah di barisan belakang berseru pelan.
                 ”Iya, kami ingin bertemu Om Liem. Dia harus mengembalikan

               seluruh uang kami.”
                 Aku mengembuskan napas jengkel, menggeleng.
                 Urusan  ini  sama  saja,  di  pinggiran  pasar  induk  yang  becek
               dan bau, maupun di ruangan dengan lantai keramik mahal dan
               bergorden  beludru.  Baik  para  pedagang  buah  dan  sayur  yang
               meributkan  kembalian  maupun  nasabah  kelas  kakap  dengan
               tabungan  miliaran,  semua  orang  bertingkah  sama,  melupakan
               kesabaran jika urusannya tentang uang.
                 ”Baik!” aku berseru tegas, berjalan cepat menuju sudut ruang-
               an, kasar menyambar guci antik lain. ”Nah, kaulemparkan juga
               yang ini! Lemparkan semaumu!” Aku membentak, melotot.
                 Nasabah  setengah  baya  dan  berbadan  kekar  itu  terdiam,
               bingung menatapku.
                 PRANG! Aku yang lebih dulu melemparkan dua guci mahal
               itu  menghantam  dinding  cermin  dekat  proyektor.  Suara  po-
               tongan guci yang hancur beserta serpihan cermin berderai me-
               nimpa lantai.
                 Gumaman puluhan nasabah besar Bank Semesta segera bung-

               kam, mereka sempurna menatap ke arahku.
                 ”Kalian  lemparkan  semua  guci  di  ruangan  ini,  kalian  rusak
               semuanya, bahkan gedung besar ini kalian hancurkan, percuma,
               itu tidak akan mengembalikan uang kalian!” aku berseru, balas
               menatap wajah-wajah tidak sabaran.
                 ”Sekali Bank Semesta ditutup pemerintah, tidak ada sepeser
               pun  uang  nasabah  di  atas  dua  miliar  akan  selamat.  Percuma
               kalian teriak, marah, demo membakar ban di depan istana, sia-

                                         252




       Isi-Negeri Bedebah.indd   252                                 7/5/2012   9:51:12 AM
   249   250   251   252   253   254   255   256   257   258   259