Page 269 - Tere Liye - Negeri Para Bedebah
P. 269
Salah-salah kata, mood-nya bisa rusak, dan kau kehilangan ke-
sempatan. Kalau dia siapalah, paling juga sedang keringatan
mengepit map lamaran kerja, atau gugup mengerjakan lembar
ujian psikotes.” Erik tertawa, menutup telepon.
Aku mendengus pelan, lelucon yang buruk.
Taksi terus membelah jalanan lengang.
Telepon genggamku berbunyi lagi saat aku baru saja rileks
meluruskan kaki.
”Kau di mana, Thomas?” Suara Julia, sedikit terdengar pa-
nik.
”Aku di taksi, menuju kantor, hendak mengambil berkas.
Lantas baru ke tempatmu. Ada apa?”
”Tidak ada waktu lagi, Thomas. Kau harus segera ke sini.
Jadwal pertemuan kita dimajukan satu jam. Ajudan menteri baru
memberitahuku beberapa detik lalu.”
”Kau yakin?” Aku melirik jam di dasbor taksi. Itu berarti tiga
puluh menit lagi.
”Bergegas, Thomas!” Julia menjawab jengkel. ”Atau hanya aku
yang akan menemuinya, melakukan wawancara basa-basi sesuai
skedul.”
”Tetapi berkas itu penting, Julia. Itu akan membuat per-
bedaan.”
”Peduli amat dengan berkas itu. Kau suruh siapa saja meng-
antarnya. Aku tidak bisa meneleponmu lama-lama. Lobi gedung
ini semakin ramai, sepertinya semua wartawan berebut ingin
tahu apa yang sedang terjadi. Ada staf khusus istana yang da-
tang. Mobilnya baru merapat. Dia sepertinya juga akan bertemu
menteri. Teman wartawan lain sudah berlari-lari mengerubungi.
Aku juga harus mendengar apa yang dia katakan.”
267
Isi-Negeri Bedebah.indd 267 7/5/2012 9:51:12 AM