Page 270 - Tere Liye - Negeri Para Bedebah
P. 270
Percakapan telepon diputus.
Baiklah. Kepalaku melongok ke depan, menyebut tujuan baru
pada sopir taksi.
”Lebih ngebut, Pak?” sopir taksi bertanya polos.
”Terserah kau saja,” aku menjawab pendek.
”Siap, Pak.”
Taksi dengan cepat meliuk, menyalip dua mobil sekaligus.
Aku menekan nomor telepon genggam Maggie. Aku harus
meminta Maggie mengantarkan dokumen itu. Tanpa salinan
dokumen yang disiapkan Maggie, aku tidak bisa membujuk Ibu
Menteri. Kalian tidak akan pernah bisa membujuk wanita
berhati baja itu. Aku mengenalnya bahkan sejak kuliah. Satu-
satunya cara meruntuhkan sebuah keteguhan sikap atas keju-
juran dan integritas hidup hanyalah dengan mengurung dia de-
ngan dua pilihan. Hanya dua pilihan, tidak lebih, tidak kurang.
Dua pilihan yang sama-sama sulit. Maka ketika skenario itu ter-
jadi, konteksnya menjadi berubah: pilihan paling rasional atas
dua kemungkinan terburuk.
Salinan dokumen yang dipegang Maggie adalah kuncinya.
268
Isi-Negeri Bedebah.indd 268 7/5/2012 9:51:12 AM