Page 274 - Tere Liye - Negeri Para Bedebah
P. 274
pada Maggie. ”Nah, terima kasih untuk dokumen ini. Kau bisa
segera kembali ke kantor. Aku memerlukan beberapa bantuan
lainnya. Aku harus ke Denpasar nanti sore. Ada pertemuan
penting pukul empat. Kau bisa bantu menyiapkan perjalanan,
juga menghubungi beberapa orang lagi dan beberapa informasi
penting.”
”Baik, baik.” Maggie mengusap wajahnya, memasang wajah
pura-pura kecewa besar. ”Nasib sekali menjadi stafmu, Thom.
Bertahun-tahun hanya disuruh mengurus tiket pesawat, kurir
dokumen, mengumpulkan informasi, dan remeh-temeh lainnya.
Sementara Nenek Lampir tidak jelas yang baru kaukenal
kemarin itu kau ajak bertemu dengan menteri.”
Maggie menekan tombol lift.
Aku tertawa lagi. ”Kau lupa kalimatku barusan, Mag. Kau
adalah superhero. Julia hanya Nenek Lampir.”
Pintu lift terbuka.
”Ya, ya, superhero remeh-temeh. Bye, Thom. Salam buat
Nenek Lampir itu. Semoga dia tidak naksir kau. Kalau kejadian,
aku bisa menjadi pesuruh rendahannya kelak.” Maggie sudah
masuk ke dalam lift.
Aku mengabaikan gurauan Maggie, melangkah menuju meja
resepsionis.
Petugas memberi kami kartu pengenal. Untuk ketiga kalinya
dia mengingatkan bahwa jadwal kami hanya tiga puluh menit.
Aku mengangguk. Itu lebih dari cukup. Aku segera mengenakan
kartu pengenal.
”Stafmu itu tadi bilang apa?” Julia bertanya saat kami me-
langkah menuju pintu ruangan menteri, sambil merapikan pakai-
annya.
272
Isi-Negeri Bedebah.indd 272 7/5/2012 9:51:12 AM