Page 273 - Tere Liye - Negeri Para Bedebah
P. 273
meja resepsionis di ujung lorong, berseru, ditonton petugas ke-
amanan. ”Kau tidak tahu apa yang telah dilakukan pemimpin
redaksi review kami untuk mendapatkan jadwal audiensi sepen-
ting ini. Aku masuk duluan kalau kau tidak mau.”
Aku menggeleng. Percuma aku masuk dalam sebuah ”per-
tempuran” tanpa amunisi.
Kabar baiknya, sebelum Julia berseru jengkel dan masuk sen-
dirian ke dalam ruangan, atau melemparku dengan tasnya, suara
denting pelan berbunyi. Pintu lift di belakangku terbuka.
Maggie dengan napas tersengal datang membawa dokumen.
”Aku tidak terlambat, bukan?” Maggie bertanya cemas.
Demi melihat wajah bergegas Maggie, aku sungguh tertawa
lega. ”Kau tidak pernah terlambat, Mag. Kau sudah seperti super-
hero yang menyelamatkan dunia, selalu datang tepat waktu.”
Maggie mengembuskan napas. ”Syukurlah. Ini dokumennya,
Thom. Semua ada di sana.”
Aku memeriksa sebentar, mengangguk.
”Eh, kau bersama Nenek Lampir itu?” Maggie berbisik, me-
nunjuk.
Aku mendongak, menoleh ke belakang, ke arah yang ditunjuk
Maggie.
Aku seketika tertawa, menatap Julia yang masih berdiri me-
nunggu di depan meja resepsionis. Maggie pastilah masih sebal
karena kemarin Julia merangsek ruanganku, tidak bisa dia ce-
gah.
”Astaga, bahkan wajahnya sekarang tetap sama seperti saat dia
menerobos kantor kemarin. Judes, tidak berperasaan, tidak
sabaran. Benar-benar Nenek Lampir,” Maggie bergumam.
”Dia wartawan, Mag, begitulah kelakuannya.” Aku tersenyum
271
Isi-Negeri Bedebah.indd 271 7/5/2012 9:51:12 AM