Page 264 - Tere Liye - Negeri Para Bedebah
P. 264
rumus baku bagi pebisnis ulung. Mengorbankan sebagian, demi
keuntungan lebih besar. Mundur dua langkah, untuk maju
bahkan lari ribuan langkah. Kau pasti lebih dari paham tentang
itu. Nah, bisa kauceritakan apa yang sedang kaurencanakan,
Tommi?”
Aku menggeleng sopan.
”Tentu saja kau tidak boleh bercerita.” Tuan Shinpei tertawa
kecil. ”Atau kau bisa memberitahuku, Liem sekarang berada di
mana? Sejak tadi malam aku berusaha mencari tahu, tentu juga
puluhan nasabah lainnya ingin tahu.”
”Om Liem di tempat yang aman.”
”Tempat yang aman?”
Aku lagi-lagi menggeleng sopan, tapi tegas. Lobi luas gedung
Bank Semesta masih lengang dari lalu-lalang orang. Suara
berisik di ruang rapat mulai terdengar pelan, Ram sepertinya
melakukan apa saja untuk mengendalikan diskusi.
Sejenak aku beradu tatapan dengan Tuan Shinpei.
”Baiklah, Tommi. Orang tua ini sepertinya terlalu cemas,
terlalu ingin tahu. Kau sepertinya sedang terburu-buru. Waktu
yang tersisa sempit sekali, bukan? Kau boleh meninggalkanku
sekarang.” Tuan Shinpei menepuk-nepuk bahuku. ”Aku akan
bergabung ke ruang rapat bersama nasabah lain. Setidaknya aku
tidak perlu mencemaskan nasib Bank Semesta sekarang, ter-
masuk nasib uangku. Nasibnya sudah ada di tangan orang yang
tepat. Aku hanya perlu mencemaskan hal lain.”
”Mencemaskan hal lain?” aku bertanya.
Tuan Shinpei menyeka pelipis, menatapku sambil tersenyum.
”Apa lagi selain mencemaskanmu, Tommi? Apa pun yang sedang
kaulakukan, itu pasti berbahaya. Hati-hatilah, Nak. Apa kata
262
Isi-Negeri Bedebah.indd 262 7/5/2012 9:51:12 AM