Page 263 - Tere Liye - Negeri Para Bedebah
P. 263
Meskipun lengang dari lalu-lalang orang, lobi luas tempatku
berdiri berhadapan-hadapan dengan Tuan Shinpei dan dua
ajudannya tetap berisik. Suara perdebatan di ruang rapat terde-
ngar hingga lobi.
Aku mengangguk, teringat percakapan dengan Om Liem
sebelum melarikan diri dengan kamuflase ambulans dua malam
lalu. Aku pernah bertanya apakah Om Liem telah meminta
bantuan kolega bisnisnya, siapa saja, termasuk dari Tuan
Shinpei. Tetapi aku baru tahu pagi ini kalau Tuan Shinpei juga
memiliki dana di Bank Semesta.
”Kau sepertinya punya rencana hebat, Tommi?”
”Rencana hebat?”
”Iya, apa lagi? Rencana hebat menyelamatkan Bank Semesta?”
Tuan Shinpei bertanya, menyelidik dengan mata berkerut.
Aku menggeleng perlahan. ”Tidak ada rencana hebat. Hanya
rencana nekat.”
Tuan Shinpei terkekeh prihatin. ”Jangan terlalu merendah,
Tommi. Kau pastilah yang terbaik dari ribuan konsultan keuang-
an yang ada. Wajahmu ada di halaman depan majalah
Hongkong, itu pasti jaminan. Dan lebih dari itu, kau pasti akan
melakukan apa pun untuk menyelamatkan bisnis keluarga,
bukan? Bahkan termasuk mati sekalipun. Mereka punya lawan
tangguh sekarang.”
Aku terdiam, menelan ludah, sedetik aku seperti merasa ada
yang ganjil dengan percakapan ini.
”Ini kabar baik. Tentu saja kabar baik.” Tuan Shinpei meng-
angguk-angguk, tidak terlalu memperhatikan ekspresi wajahku.
”Jadi aku tidak usah mencemaskan banyak hal lagi, bukan? Ke-
hilangan sepertiga jelas lebih baik dibanding semuanya. Itu
261
Isi-Negeri Bedebah.indd 261 7/5/2012 9:51:12 AM