Page 262 - Tere Liye - Negeri Para Bedebah
P. 262

Orang tua ini tinggal di Hongkong, Tommi, tidak tahu banyak
               urusan bisnis di Jakarta. Bahkan sebenarnya aku baru tiba tadi
               malam.  Perjalanan  mendadak  yang  cukup  melelahkan  untuk

               orang setuaku.”
                 Aku  mengangguk  sopan,  melirik  pergelangan  tangan.  Lima
               menit  aku  tertahan  di  lobi  gedung  Bank  Semesta.  Kalau  saja
               orang tua ini bukan Tuan Shinpei, aku sudah izin pamit segera.
               Pertemuan superpenting menungguku pukul sebelas. Tapi meng-
               ingat  dia  teman  dekat  Papa  dan  Om  Liem,  aku  memutuskan
               basa-basi sebentar.
                 ”Perjalanan mendadak? Keperluan bisnis?” aku bertanya, men-
               comot sembarang pertanyaan.
                 Tuan Shinpei mengangkat bahu. ”Iya, perjalanan bisnis men-
               dadak, Tommi. Tidak kebetulan aku datang kemari. Ke gedung
               megah bank yang nyaris kolaps milik Liem. Aku terdaftar dalam
               nasabah besar Bank Semesta. Tadi malam aku dihubungi untuk
               segera berkumpul.”
                 Alisku sedikit terangkat.
                 ”Tentu saja namaku tidak ada dalam daftar yang kaupegang.
               Tetapi  setidaknya  ada  lima  nama  nasabah  lain  yang  mewakili
               depositoku  secara  tidak  langsung,”  Tuan  Shinpei  menjelaskan

               tanpa  diminta.  ”Urusan  ini  rumit  sekali,  bukan?  Semua  uang
               nasabah  terancam  hangus  tanpa  sisa.  Aku  sebenarnya  pernah
               dihubungi Liem enam bulan lalu. Dia bahkan pernah datang ke
               Hongkong  tiga  bulan  lalu,  mendiskusikan  jalan  keluar  Bank
               Semesta.  Sayangnya  bisnis  properti  milikku  juga  sedang  ber-
               masalah.  Aku  tidak  bisa  membantu  banyak.  Ini  situasi  rumit
               kedua  yang  harus  dihadapi  Liem  setelah  cerita  lama  tentang
               arisan berantai itu, bukan?”

                                         260




       Isi-Negeri Bedebah.indd   260                                 7/5/2012   9:51:12 AM
   257   258   259   260   261   262   263   264   265   266   267