Page 261 - Tere Liye - Negeri Para Bedebah
P. 261

Aku akhirnya ingat sudah.
                  Bukan  karena  orang  yang  sedang  memegang  bahuku  itu
               menyebut namanya sendiri, tapi karena aku juga sempurna kem-

               bali  mengingat  masa  lalu  itu.  Tuan  Shinpei,  orang  ini  adalah
               rekanan  Papa  dan  Om  Liem  zaman  berdagang  tepung  terigu
               dulu.  Salah  satu  pengusaha  besar  yang  kudengar  tahun-tahun
               terakhir memiliki bisnis properti hingga negeri tetangga.
                  ”Lihatlah,  anak  kecil  berpakaian  pelayan  itu  sekarang  sudah
               berubah menjadi harimau gagah. Astaga, Nak, aku melihat sendiri
               bagaimana tadi kau mengendalikan puluhan nasabah kakap yang
               marah. Itu amazing, mengagumkan, Tommi. Ke mana saja kau
               selama  ini?  Aku  tidak  pernah  mendengarmu  dalam  rapat
               perusahaan milik Om Liem dan opamu. Kau sekolah di business
               school  ternama?  Dikirim  Liem  belajar  magang  di  perusahaan
               raksasa  Amerika?  Disiapkan  sebagai  penerus  bisnis  keluarga?
               Atau jangan-jangan kau diam-diam sedang membangun imperium
               bisnis sendiri? Dengan kemampuanmu tadi, itu mengerikan, Nak,
               tidak akan ada satu pesaing pun yang berani melawanmu.”
                  Aku untuk pertama kalinya membalas kalimat Tuan Shinpei
               dengan tersenyum terkendali, menggeleng. ”Aku hanya membuka
               kantor konsultan keuangan skala kecil, Tuan Shinpei.”

                  Dia menggeleng. ”Jangan panggil aku Tuan Shinpei, Tommi.
               Kau panggil saja aku Om Shinpei. Keluarga kalian sudah seperti
               keluargaku  sendiri.”  Tuan  Shinpei  diam  sejenak,  mengangguk-
               angguk. ”Oh iya, apa kau bilang tadi? Konsultan keuangan? Aku
               baru ingat, aku pernah melihat wajahmu sekali-dua kali di ma-
               jalah atau review ekonomi Hongkong terkemuka. Tetapi aku ti-
               dak  menduga  kau  Thomas  yang  itu.  Aku  baru  tahu  beberapa
               menit  lalu,  menatap  wajahmu  mengingatkanku  pada  Edward.

                                          259




       Isi-Negeri Bedebah.indd   259                                 7/5/2012   9:51:12 AM
   256   257   258   259   260   261   262   263   264   265   266