Page 282 - Tere Liye - Negeri Para Bedebah
P. 282
kapitalis. Terserah. Tetapi mereka lupa, mengendalikan perekono-
mian sebuah negara besar membutuhkan disiplin tinggi, konsis-
tensi, teori, serta pengetahuan yang memadai. Kita tidak sedang
bicara di lapak becek, sambil tertawa santai. Saya bertanggung
jawab penuh memastikan perekonomian negara dengan pendu-
duk 240 juta orang berjalan baik.
”Apa untungnya menalangi Bank Semesta bagi pemerintah?
Bukan sekadar angka dana talangan dua triliun—pihak bank
sentral baru saja merevisi angkanya—bukan pula soal uang itu
lebih baik diberikan untuk membangun ribuan sekolah, misal-
nya, bukan pula tentang kabar bahwa pemilik bank melakukan
kejahatan dan manipulasi keuangan—meskipun di laporan bank
sentral tidak disebutkan, tetapi lebih karena apakah keputusan
menyelamatkan Bank Semesta sesuai dengan disiplin, konsistensi
kebijakan keuangan pemerintah selama ini. Bank itu kolaps, ber-
arti pasar telah melakukan seleksi alam. Selesai. Kalian seharus-
nya paham sekali, ada prinsip-prinsip dalam pengelolaan per-
ekonomian nasional yang harus dipegang teguh. Jika tidak,
omong kosong bicara good governance, reformasi birokrasi, dan
sebagainya itu.”
Aku menelan ludah. Sejak awal aku sudah tahu, jika keputus-
an urusan ini terserah Ibu Menteri, Bank Semesta tidak akan
pernah membuka kantornya lagi, tidak ada matahari esok untuk
bank milik Om Liem. Pemberian dana talangan di luar kelazim-
an yang dipahaminya.
”Nah, apakah akan terjadi rush besar-besaran Senin besok jika
Bank Semesta diumumkan pailit? Bahaya dampak sistemis
terjadi? Sistem keuangan nasional ikut kolaps? Itu sepertinya
harus mendengarkan pendapat anggota komite lainnya. Kau
280
Isi-Negeri Bedebah.indd 280 7/5/2012 9:51:12 AM