Page 286 - Tere Liye - Negeri Para Bedebah
P. 286
”Maggie? Stafmu yang memanggil aku Nenek Lampir?” Wajah
Julia terlipat.
Aku tertawa, melirik pergelangan tangan. Pukul 09.45. Aku
masih punya waktu tiga jam sebelum jadwal penerbangan nanti
sore.
”Kau sekarang ke mana?” Julia bertanya lagi.
”Beberapa pertemuan kecil lagi sebelum nanti sore berselancar
di Bali.”
”Berselancar di Bali?”
Aku mengangguk, menatap angka-angka penunjuk lantai di
dinding lift. ”Kau mau ikut?”
Alis Julia terangkat. ”Dalam urusan seperti ini? Kau bergurau
atau serius, Thom?”
”Mengajakmu berselancar ke Bali? Tentu saja aku serius, Julia.
Itu bisa jadi pengantar yang baik sebelum kita makan malam
bersama di tepi pantai misalnya.”
Julia melotot sebal.
Aku tertawa. ”Aku harus menemui seseorang di Denpasar
pukul empat sore. Itu pertemuan paling penting dari semua
skenario, Julia. Kau seharusnya bisa menyimpulkan sendiri dari
percakapan tadi. Walaupun aku menyerahkan dokumen yang
lebih mengenaskan tentang deposito perusahaan negara di Bank
Semesta, wanita tangguh itu boleh jadi tetap akan memilih di-
siplin dan konsistensinya. Dia kukuh. Dia tidak akan menalangi
Bank Semesta sepeser pun. Aku membutuhkan bidak lain untuk
memastikan keputusan rapat komite sebaliknya.”
”Kau akan bertemu siapa di Bali?” Julia bertanya.
Pintu lift sudah terbuka sebelum aku sempat menjawab. Lobi
gedung langsung terlihat ramai dan bising. Pejabat tinggi bank
284
Isi-Negeri Bedebah.indd 284 7/5/2012 9:51:12 AM