Page 288 - Tere Liye - Negeri Para Bedebah
P. 288
”
NJAK remnya, Tommi.” Opa yang duduk di sebelahku ber-
seru, mengingatkan.
”Eh?” Aku menoleh, menelan ludah, sedikit gugup.
”Injak remnya, Tommi! Remnya!” Opa berseru lebih ken-
cang.
”Sudah, Opa! Sudah kuinjak remnya!” aku balas berteriak
panik. Mobil yang kukemudikan bukannya melambat, malah
semakin cepat menuruni halaman belakang rumah.
”Remnya, Tommi! Astaga, kau justru menginjak gasnya!”
”Sudah kuinjak! Mobilnya tidak bisa berhenti! Eh, sebenarnya
remnya yang mana, Opa?”
”Yang tengah, Tommi! Injak remnya!” Opa berseru panik,
dengan cepat menyambar kemudi, berusaha membanting mobil
ke kanan.
Terlambat, mobil melaju terlalu kencang, sedetik sudah meng-
hantam gundukan taman. VW Kodok klasik itu seperti kodok
sungguhan melompat. Aku terenyak, terbanting, kepalaku mem-
286
Isi-Negeri Bedebah.indd 286 7/5/2012 9:51:12 AM