Page 322 - Tere Liye - Negeri Para Bedebah
P. 322

napas perlahan. Dia bijak, memutuskan tidak ikut berkomentar,
               khawatir aku akan menyuruhnya tutup mulut.
                 ”Aku  akan  menjaga  Maggie,  percayakan  saja,  Pak  Thom,”

               Kadek berjanji.
                 Aku  menepuk  lengannya.  ”Kau  selalu  bisa  kuandalkan,
               Kadek.”
                 Saat pergi, aku menoleh pada Rudi. ”Kau bisa mengantarku
               ke bandara sekarang?”
                 Rudi  tertawa.  ”Kenapa  tidak?  Itu  mungkin  lebih  seru  di-
               banding mengatur perempatan lalu lintas.”
                 Aku dan Rudi melangkah menuju dermaga.
                 ”Sebentar, Thom.” Suara pelan Maggie menahan langkahku.
                 ”Ada apa?”
                 Maggie menarik kertas terlipat dari saku celananya.
                 ”Tiketmu ke Denpasar. Kau harus membawanya.”
                 Aku  tersenyum  lebar,  menatap  Maggie  penuh  penghargaan.
               ”Terima  kasih,  Mag.  Kau  tahu,  tanpa  bantuanmu,  aku  tidak
               akan bisa melakukan apa pun dengan baik.”
                 Aku loncat dua-tiga menuruni anak tangga kapal.
                 Rudi sudah menghidupkan mobilnya.
                 ”Aku harus di bandara setengah jam lagi.” Aku mengempaskan

               punggung di jok mobil.
                 ”Itu mudah, Kawan.” Rudi menyeringai. ”Kau seperti pelupa
               saja.  Mobil  yang  kukemudikan  ini  mobil  patroli  polisi.  Nah,
               mari kita tekan tombol sirenenya.”









                                         320




       Isi-Negeri Bedebah.indd   320                                 7/5/2012   9:51:13 AM
   317   318   319   320   321   322   323   324   325   326   327