Page 364 - Tere Liye - Negeri Para Bedebah
P. 364

Aroma  lezat  masakan Tante  Liem  seperti  luruh  ke  lantai,  ter-
               abaikan. Opa salah satu dari anak itu, bagaimana mungkin?
                 ”Nah,  setelah  empat  korban  terpilih,  Mata  Picak  menyuruh

               centengnya  memasukkan  kami  ke  dalam  empat  guci  tembikar
               berukuran besar. Usia Opa saat itu sepantaranmu, usia remaja.
               Tidak terbayangkan badan Opa disirami air kembang yang bau-
               nya busuk, dimasukkan paksa ke dalam guci, lantas guci ditutup,
               disegel  dengan  mantra.  Orangtua  Opa  juga  tidak  bisa  berbuat
               apa-apa. Siapa yang bisa melawan? Setidaknya mereka tidak di-
               buat bisu, buta, atau dibunuh oleh Mata Picak.
                 ”Tapi  ada  rahasia  kecil  yang  tidak  diketahui  banyak  orang.
               Saat tahu Mata Picak dan centengnya sedang berkeliling kam-
               pung mencari korban, beberapa saat sebelum mereka tiba di ru-
               mah,  ibu  Opa  menyeret  Opa  ke  dapur.  Dia  menyuruh  Opa
               menyimpan air di dalam mulut. Opa ingat sekali wajah Ibu saat
               itu, ‘Jangan banyak tanya, Nak. Kau ingat pesan Ibu, jangan di-
               telan, jangan dikeluarkan. Apa pun yang terjadi, biarkan air itu
               ada di dalam mulutmu. Paham?’ Ibu mencengkeram bahu Opa.
               Opa  mengangguk,  gemetaran  oleh  rasa  takut. Aku  belum  me-
               ngerti kenapa Ibu menyuruh Opa menyimpan air dalam rongga
               mulut, sementara Mata Picak bisa saja membunuh orang tanpa

               menyentuhnya.
                 ”Mata  Picak  tiba  di  rumah  kami.  Dia  menyelidiki  wajahku,
               mengerikan sekali menatap cekung tanpa bola mata di wajahnya
               dengan  jarak  sedekat  itu,  belum  lagi  mata  putihnya  terus  me-
               meriksa, ludahnya tepercik saat bicara, busuk sekali. Opa hampir
               saja  menelan  air  yang  tersimpan  di  mulut  Opa.  Tapi  Opa
               meneguhkan  diri,  mencengkeram  lutut,  mengingat  pesan  Ibu.
               Dua menit memeriksa, Mata Picak memilih Opa. Orangtua Opa

                                         362




       Isi-Negeri Bedebah.indd   362                                 7/5/2012   9:51:14 AM
   359   360   361   362   363   364   365   366   367   368   369